Dunia terkembang luas dari ujung selatan ke ujung utara, tak berbatas meski ada cakrawala,meski ada lautan, meski ada batas daratan. Dunia terbagi menjadi berbagai negara yang terpisah jarak oleh daratan dan lautan yang membentang luas, bahkan lautan lebih luas dari daratan. Di dunia ini juga terdapat berbagai suku bangsa yang sangat berbeda-beda, dari bahasa, gaya hidup, warna kulit, kebudayaan dan lain sebagainya. Bahkan di satu negara saja pasti ada perbadaan di setiap daerahnya, di satu daerahpun terdapat banyak perbedaan di wilayahnya masing-masing. Entah itu perbedaan agama dan keyakinan, perbedaan kebudayaan dan kebiasaan, perbedaan warna kulit, perbedaan bahasa, dan masih banyak lagi perbadaan yang lain yang tidak tersebutkan.
Allah berfirman:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui”. (QS. Ar-Rum [30] : 22)
Contohnya di Indonesia, karena saya
warga negara Indonesia dan saya belum pernah meninggalkan Indonesia sampai
detik ini, bisa di katakan malah saya belum pernah meninggalkan daerah saya
untuk pergi ke luar ke daerah Indonesia yang lain. Tapi karena saya punya
fasilitas internet di kantor maupun di rumah jadi saya masih bisa menjelajahi
seluruh dunia hanya dengan menggunakan jari jemari saya. Saya bisa melihat
semua perbedaan di seluruh dunia, dan saya juga bisa melihat sedikit persamaa
yang ada di seluruh dunia. Tapi sebenarnya saya bukan ingin menulis tentang
perbedaan atau persamaan di setiap negara, karena itu akan sangat melelahkan.
Saya hanya ingin menulis tentang manusia yang menghuni dunia ini.
Allah Subhana huwwata’alah berfirman
yang artinya:
“Katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaan.” (QS Al-Ankabut/29:20).
“Katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaan.” (QS Al-Ankabut/29:20).
Alam semesta ini merupakan ciptaan
Allah Yang Maha Esa, Allah yang Maha Agung, Allah Yang Maha Mengetahui, Allah
Yang Maha Mulia. Begitupun dengan manusia penghuni bumi ini, manusia adalah
makhluk yang paling sempurna di muka bumi yang di ciptakan oleh Allah Subhana
huwwata’alah, di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya. Bahkan di dalam
Al-Qur’an banyak di jelaskan tentang penciptaan manusia.
Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhanya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS Al-Insan/76:2).
“Sesungguhanya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS Al-Insan/76:2).
Kemudian Allah juga berfirman yang
artinya:
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.”(QS Abasa/80:10).
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.”(QS Abasa/80:10).
Sperma yang bercampur dari seorang
pria dan wanita ini bergerak di dalam pembuluh telur rahim hingga rongga rahim
kira-kira pada hari kelima. Dalam rentang waktu tersebut pergerakan sperma akan
terbagi menjadi beberapa bagian yaang berurutan, masing-masing bagian
memerlukan waktu permulaan antara 12 sampai 24 jam. Tujuannaya supaya campuran
sperma tersebut berubah menjadi 2 sel kemudian berurutan menjadi 4 sel, 8 sel,
sampai pada 16 sel. Inilah fase permulaan kelenjar morula yang masuk ke dalam
rongga rahim yang akan terus terbagi menjadi beberapa bagian. Siklus yang
unik. Kemudian pada minggu ke dua akan
menjadi segumpal darah, sebagaimana
Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal darah.”(QS Al-Mulminun/23:14).
“Kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal darah.”(QS Al-Mulminun/23:14).
Rasulullah pun pernah bersabda:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian di kumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging dengan bentuk makhluk yang sempurna.”(HR Muslim).
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian di kumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging dengan bentuk makhluk yang sempurna.”(HR Muslim).
Kemudian seorang malaikat di utus untuk
meniupkan roh kepadanya pada bulan ke empat. Dari proses yang panjang dalam
waktu selama 40 minggu janin dalam rahim menjadi salah satu hamba Allah dan
keluar sebagai anak. Sungguh luar biasa Zat yang mengatur semua itu, sungguh
luar biasa Zat yang menciptakan semua itu.
Allah berfirman yang artinya:
“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudia mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali), adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”(QS Ar-Rum/30:40).
“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudia mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali), adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”(QS Ar-Rum/30:40).
Harus di ingat dari penciptaan awa
manusia, dari sperma yang bisa menjadikan kedua mata, kedua telinga, lisan yang
bisa berbicara, otot-otot, urat, syaraf, siklus darah, otak, jantung, limpa,
hati, pendengaran, kekuasaan untuk bergerak dan berfikir. Kemudian bagaimana
kita mempergunakan mata kita untuk melihat? Apa yang bisa dan akan kita lihat?
Apa yang biasa kita lihat dengan kedua mata yang merupakan pemberian dari Sang
Pencipta ini? Bagaimana kita bisa membiarkan mata ini melihat sesuatu yang
haram? Tidakkah kita malu kepada Allah yang berkata,”Bukankah Aku sudah
memfungsikan pendengaran dan penglihatanmu lalu kamu gunakan untuk melihat dan
mendengarkan yang haram?”.
Kepada manusia yang menggunakan
internet dan browsing di dunia maya yang serba tak terbatas, termasuk tontonan
yang tidak layak di lihat, coba kita bertanya “Siapa yang memberi kalian rezeki
mata?” Lalu kepada manusia yang suka mendengarkan musik campur baur,
medengarkan pembicaraan yang kotor, mengucapkan kata yang tidak pantas, coba
kita bertanya, “Siapa yang telah memberi kalian telinga untuk mendengar dan
mulut untuk bicara?”. Kepada manusia yang berani menolak taat kepada Allah dan
menentang ajaran yang nyata terkandung di dalam Al-Qr’an dan Hadist, coba kita
bertanya, “Siapa yang telah memberimu rezeki berupa otak untuk berfikir dan
hati untuk merasai?”. Pada saat mulai bisa berfikir manusia biasanya akan
memutuskan meminta kepada Tuhan untuk menerima dan meluluskan segala
permintaannya! Padahal sudah seharusnyalah kita bersyukur atas semua anugerah
Allah kepada kita, hanya dengan memandang bayangan diri kita di dalam cermin
maka akan terlihat jelas alasan untuk kita menyembaha hanya kepada Allah dan
bersyukur atas rahmat dan nikmatNya. Lalu masih patutkan kita meminta segala
hal yang di lebih-lebihkan oleh pemikiran otak kita sendiri itu? Hanya untuk
menuruti hawa nafsu, hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia yang terkadang tidak
ada mafaatnya sama sekali untuk diri kita. Masih juga ada yang mempertanyakan
tentang kebesaran Allah, bahkan masih banyak manusia di dunia ini yang
mengingkari akan adanya Allah Azzawajallah! Tidak cukupkah bukti kebesaran itu
terpampang di dalam diri manusia itu sendiri?! Tidak usah terlalu jauh mencari
bukti akan kebesaran Allah dengan melanglang buana ke peluruh penjuru dunia,
cukup hanya dengan berdiri di depan cermin dan memandang diri kita sendiri maka
akan terlihat jelas bahwa Allah maha Sempurna sebagai Sang Pencipta, bahwa
Allah Maha Pemurah dalam memberi rezeki, bahwa Allah Maha Besar Allah Maha Esa
tiada Tuhan kecuali Allah! Ketika kita mengetahui hal itu dan memikirkannya,
maka kita akan menyadari betapa kecilnya kita ini, betapa lemahnya kita ini,
betapa Dia begitu luhur dan Agung dan betapa Dia sangat berkuasa. Banyak ayat
yang berbicara tentang penciptaan manusia dan kekuasaan Allah, yang bisa
membuat kita berfikir dan memang seharusnya kita berfikir, seperti ayat berikut
yang artinya:
“Bukanlah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sementara dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat di sebut?.”(QS Al-Insan/76:1).
“Bukanlah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sementara dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat di sebut?.”(QS Al-Insan/76:1).
Perhatikan pernyataan dari Alqur’an
itu! Apakah telah datang atas kita sebagai manusia suatu hari ketika kita belum
menjadi apa-apa? Pertanyaan ini mudah, jawabannya punsudah umum. Benar sudah
datang pada m anusia ketika dia belum menjadi apapun yang bisa di sebut. Namun,
mengapa Allah menanyakan pertanyaan ini kepada kita? Dia bertanya kepada kita
agar kita berfikir. Mari kita berfikir lagi, apakah pernah ada satu hari datang
kepada kita ketika belum menjadi apa-apa, meskipun hanya sebesar atom saja?
Apakah pernah kita berfikir beberapa waktu yang lalu ketika orang tua kita
belum menjadi apa-apa? Apakah pernah datang pada kakek moyang kita jutaan tahun
yang lalu ketika mereka belum menjadi apapun yang bisa di sebut? Oleh karena
itu, siapa kita ini sehingga kita berani bersombong diri di hadapan Allah
Subhanahuwwata’alah? Siapa kita ini sehingga kita berani melanggar segala
aturanNya? Siapa kita ini sehingga kita menolah beribadah menurut agamaNya?
Apakah kita lupa bahwa manusia adalah merupakan ciptaan Allah?! Maha Benar
Allah dengan segala firmanNya...
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alqur’an itu adalah benar.”(QS Fushshilat/41:53).
Kemudian Allah juga berfirman dalam
salah satu suratNya, yang artinya:
“Dan Dia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?’ katakanlah, ‘Ia akan di hidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”(QS Yasin/36:78-79).
“Dan Dia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?’ katakanlah, ‘Ia akan di hidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”(QS Yasin/36:78-79).
Manusia telah merasakan kenikmatan
yang di anugerahkan oleh Allah, dari bahan apa ia di ciptakan? Bahan dasar kita
itu sperma yang hina. Allah telah menentukan segala sesuatu yang tersusun dalam
sistem tubuh manusia dan segala sesuatu dalam penciptaan manusia.
Allah berfirman yang artinya:
“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(mani), lalu tiba-tiba ai menjadi penantang yang nyata!”(QS Yasin/36:77).
“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(mani), lalu tiba-tiba ai menjadi penantang yang nyata!”(QS Yasin/36:77).
Setelah kita tahu bahan dasar manusia
itu, apakah kita masih berani untuk menentang Allah Azza wajalla?! Seharusnya
kita bisa membayangkan selemah apa kita yang masih dalam bentuk sperma
itu...Ahh...sudahlah kalau saya menjabarkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan sperma ini maka tidak akan selesai, karena akan membutuhkan banyak
sekali waktu senggang. Semua itu pada dasarnya sudah di jelaskan secara
gamblang dan panjang lebar di dalam Alqur’an. Sejatinya segala ilmu pengetahuan
yang manusia dapat itu bersumber dari satu kitab yaitu Alqur’an nulkariim yang
di turunkan oleh Allah melalui wahyu yang Ia turunkan kepada nabi Muhammad
Salallahu alaihiwassalam. Tidak sedikit manusia yang menyadari tentang hal di
atas, tetapi tidak sedikit pula manusia yang selalu mengingkarinya. Jika saja
semua manusia di bumi ini memahami dan mengamalkan segala ajaran di dalam
Alqur’an maka tidak akan ada perusakan yang di sebabkan oleh manusia, tidak akan
ada pengingkaran akan Allah, tidak ada diskriminasi antar golongan, tidak ada
perbedaan pendapat, tidak akan ada peperangan. Pasti dunia akan aman dan
damai...Tapi jika demikian yang terjadi maka tidak akan ada surga dan neraka
yang Allah ciptakan, syaiton pun tidak akan ada fungsinya!
Manusia berjalan dengan garis hidupnya
sendiri yang sering mereka gembar gemborkan sambil berteriak (mungkin), ‘ini
adalah takdirku’...’apakah benar inilah takdirku?’...apakah ini takdir kita?’...
Takdir memang sudah di tentukan oleh Allah semenjak roh di tiupkan kepada janin
yang ada di dalam rahim seorang wanita itu berusia 4 bulan. Bukan hanya takdir
tapi juga rezeki, jodoh dan mautnya juga telah di tentukan oleh Allah, dan
hanya Dialah yang mengetahuinya. Tidakkah kita takut dengan ketentuan itu?
Padahal kita tidak tahu kapan kita akan di datangi malaikat maut. Dari Abu
‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dia berkata bahwa
Rasulullah telah bersabda:
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah,
kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh
(segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal
dan Celaka/bahagianya, maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada
seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada
jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh
ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka.
Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi
jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.[Bukhari
no. 3208, Muslim no. 2643].
Manusia berbuat sesuka hati menuruti
perasaan hatinya, yang menurut dia itu adalah takdir yang harus di jalaninya.
Jika tidak sesuai keinginan maka dia akan berteriak marah bahkan tak takut
mengutuk Allah! Mengatakan bahwa takdirlah yang salah, mengatakan bahwa Allah
tidak adil, mengatakan segala sumpah serapah yang tidak sepatutnya dia ucapkan
kepada Allah yang telah menciptakan dia menjadi makhluk yang paling mulia di
muka bumi ini...! Semua hal itu sudah sangat biasa terjadi di zaman sekarang
ini. Lihatlah para kaum muda remaja kita sekarang...Cara kaum muda bergaul di
kalangan mereka sangatlah tidak nyaman bagi para orang tua, mungkin yah mungkin
hanya di segolongan kaum muda saja. Dengan perkembangan zaman yang semakin
modern semakin bebas dan (mungkin) semakin merusak. Bagaiman tidak, tengoklah
internet, sekali jari kita menekan tombol enter maka akan muncul berbagai situs
yang menampilkan gambar seronok. Dua kali kita menekan tombol enter maka akan
terlihat video bergerak tentang perbuatan zina. Jika orang tua tidak pandai
mendampingi buah hatinya dalam mengoprasikan internet maka akan celakalah anak
itu. Sepertinya zaman sekarang ini yang namanya setan tidak usah susah-susah
lari kesana-sini untuk menggoda umat manusia, cukup hanya nongkrong di jalur
kabel maka dengan mudahnya para setan itu bergerak ke manapun yang dia inginkan!
Bahkan bisa di pastikan setan tidak usah terlalu cerewet mengeluarkan rayuan
gombalnya untuk mempengaruhi manusia agar mengikuti ajakannya masuk ke dalam
neraka, karena otak dan hati manusia itu sendiri sudah menjelma menjadi seperti
setan!
Pergaulan kamu muda yang sudah terlalu
bebas, para lelaki yang dengan santainya mengeluarkan kata-kata jorok untuk
merayu wanita, para wanita yang menyambut ramah semua rayuan itu. Wanita zaman
sekarang menjelma seperti para wanita zaman purba yang belum bisa membuat
pakaian layak di pakai...bagaimana tidak? Lihatlah baju kurang bahan itu di
pakai yang hampir tidak menutupi keseluruhan aurot mereka! Dan lihatlah, bahkan
mereka merasa sangat sangat bangga mempertontonkan tubuh bagusnya yang
berbentuk bak lekukan biola, kulit putihnya yang berkilat tanpa bulu
selembarpun. Berjalan hilir mudik menggoyangkan pinggulnya yang besar,
menggoyangkan buah dadanya yang membusung tidak tertutup separuhnya itu!
*Astaghfirullahal’adziim...na’udzubillahi mindzaliiq!! Semoga Allah menjauhkan dan melindungi anak-anakku dari perbuatan orang-orang kafir itu!*
*Astaghfirullahal’adziim...na’udzubillahi mindzaliiq!! Semoga Allah menjauhkan dan melindungi anak-anakku dari perbuatan orang-orang kafir itu!*
Allah berfirman yang artinya:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS Al Ahzab: 59).
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS Al Ahzab: 59).
Sebaliknya jika mereka melihat seorang
akhwat di jalan mengenakan baju muslimah panjang dengan jilbab yang di ulurkan
sampai ke bawah ujung tangan, bahkan sebagian ada yang mengenakan burqa di
wajahnya hingga tidak ada yang bisa menatapnya kecuali mukhrimnya. Mereka pasti
akan melihat dengan mata yang di besarkan dengan tatapan mengejek dan mulut
langsung melemparkan cibiran cemoohan, yang ninjalah, yang sok alimlah, yang
aliran sesatlah, yang istri terorislah, dan lain sebagainya! Kemudian mereka
akan tertawa terbahak-bahak sampai amandelnya terlihat membesar di kerongkongan
mereka! Menyakitkan memang, tapi saya salut karena para akhwat yang saya tahu
hanya tersenyum di balik burqanya dan segera berlalu dalam hati sambil berdo’a
semoga pandangan mereka itu segera berubah dan semoga Allah memberi mereka
hidayah...Subhanallah...Allahuakbar!
Kewajiban
berjilbab syar'i dimulai saat baligh, sama dengan kewajiban sholat fardhu.
Tidak bisa ditunda dengan berbagai alasan seperti: akhlak belum baik, ilmu
masih kurang, masih banyak kekurangan, dll. Menunda-nunda berjilbab hanyalah
ajakan setan, maka janganlah tertipu olehnya. Setiap
muslimah tetap wajib berhijab meskipun ilmu, akhlak dan perilakunya masih
banyak kekurangan, sebagaimana setiap
muslim juga wajib sholat fardhu, puasa ramadhan, sholat jumat (bagi pria), dll,
meskipun ilmu, akhlak dan perilakunya masih banyak kekurangan. Kewajiban
menutup aurat (berhijab) tidak hilang meski masih punya banyak kekurangan dalam
bidang ilmu, akhlak, maupun perilaku. Sebagaimana kewajiban sholat fardu, puasa
ramadhan, atau sholat jumat (bagi pria) juga tidak hilang meskipun orangnya
masih punya banyak kekurangan dalam ilmu, akhlak, maupun perilaku. Dengan berhijab, semoga akhlak dan perilakunya
semakin lama semakin baik. Sebagaimana dengan sholat dan puasa ramadhan semoga
akhlak dan perilaku orang2 yg mengerjakannya juga semakin lama semakin baik. Berhijab akan meminimalisir berbagai dampak
negatif yang mungkin terjadi jika mengumbar aurat. Berhijab membuat wanita
lebih aman dari sasaran kejahatan, dan membuat para lelaki tidak terfitnah
olehnya.
Allah berfirman yang Artinya :
"Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya."(An-nur : 30 - 31).
"Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya."(An-nur : 30 - 31).
Di dunia fashion sekarang ini memang
sedang marak tentang mengenakan hijab modern, bahkan hal ini sudah mendunia.
Para wanita di negara baratpun tidak segan mengenakan hijab yang di bentuk
bermacam-macam di atas kepala mereka. Muncul ribuan tutorial praktis mengenakan
hijab di situs jejaring sosial, memperlihatkan contoh memakai jilbab dengan
cara tusuk sana-sini di atas kepala menggunakan jarum pentul, dengan berbagai
warna kain di balutkan di atas kepala. Baju muslim pun terpampang di situs jual
beli, dengan berbagai warna yang mencolok mata, dengan bentuk dan potongan
aneka macam dari yang memperlihatkan lekuk tubuh sampai yang syar’i pun ada
(tapi biasanya yang seperti ini kurang ada peminatnya). Para artis pun berlomba
mengenakan hijab dan baju muslim, hingga penggemar akan mengikuti jejak mereka.
Akhirnya akan muncul model hijab artis si A atau si B. Coba kita lihat lagi,
sekarang ini malah ada komunitas ‘jilboobs’ di dunia maya. Komunitas ini
mengunggah poto-poto para anggotanya yang mayoritas remaja putri mengenakan
jilbab hanya sebagai penutup kepala (kadang malah sengaja poninya menjuntai di
kening), sedangkan dadanya di biarkan terlihat membusung di balut baju ketat
dan celana jins ketat berpose menggiurkan ala anak-anak alay zaman sekarang!
*15 DOSA DI KEPALA WANITA*
1. Tidak berhijab(menutup aurat)
2. Menyambung rambut/mekai konde.
3. Mewarnai/ menyemir rambut dgn warna Hitam.
4. Mencabut Uban.
5. Memakai Bulu mata Palsu
6. Bertabaruj (bersolek dihadapan umum atau yg bukan mahram)
7. Merenggangkan / mengikir gigi
8. Membuat Tatto.
9. Memakai Hijab Gaul/ tdk memenuhi Syarat.
10. Memakai Rambut palsu /Wig.
11. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir.
12. Memakai Linsa kontak berwarna untuk tabaruj.
13. Mencukur / Mencabut bulu alis.
14. Oprasi plastik untuk kecantikan.
15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan atau tabaruj.
1. Tidak berhijab(menutup aurat)
2. Menyambung rambut/mekai konde.
3. Mewarnai/ menyemir rambut dgn warna Hitam.
4. Mencabut Uban.
5. Memakai Bulu mata Palsu
6. Bertabaruj (bersolek dihadapan umum atau yg bukan mahram)
7. Merenggangkan / mengikir gigi
8. Membuat Tatto.
9. Memakai Hijab Gaul/ tdk memenuhi Syarat.
10. Memakai Rambut palsu /Wig.
11. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir.
12. Memakai Linsa kontak berwarna untuk tabaruj.
13. Mencukur / Mencabut bulu alis.
14. Oprasi plastik untuk kecantikan.
15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan atau tabaruj.
Allah Tabaraka
wa Ta'ala Berfirman ;
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yg mukmin dan tdk (pula) bagi perempuan yg mukmin apabila Allah dan RaulNya Telah Menetapkan Sesuatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan(yang lain) tentang urusan mereka, dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab 36).
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yg mukmin dan tdk (pula) bagi perempuan yg mukmin apabila Allah dan RaulNya Telah Menetapkan Sesuatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan(yang lain) tentang urusan mereka, dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab 36).
Tak bisa di pungkiri semua itu adalah
pengaruh kehidupan yang serba modern zaman sekarang, di mana setiap anak sudah
kenal gadget/handphone, laptop, dan masih banyak lagi. Televisi juga selalu
menyiarkan berita-berita terkini, jaringan internet semakin luas di perkenalkan
ke seluruh pelosok dunia. Secara akal sudah pasti akan cepat di lihat dan pasti
akan langsung di tiru oleh sang penonton yang merupakan penggemar sang artis.
Dan mungkin itu adalah anak-anak kita,saudara kita, atau bahkan diri kita sendiri!
Jika sudah bisa meniru cara memakai hijab salah seorang artis, apalagi bisa
meniru gaya berbusana yang notabene satu busana harganya selangit, aksesoris di
sepuluh jari dan di pergelangan tangan, bros sebesar telapak tangan bersepuh
emas menggelayut di atas kepala yang di lilit hijab, tas tangan dengan merk
terkenal nyangkut di tangan. Waaahhh sudah pasti seorang wanita akan semakin
percaya diri dan bangga, apalagi jika semua mata memandangnya dari yang sesama
wanita sampai para lelaki tua dan muda. Seakan di sana dia adalah orang yang
paling kaya dan paling cantik yang turun dari mobil mewah. Pemandangan semacam
ini sudah terlalu biasa saya lihat, di sekeliling saya, di berbagai tempat yang
pernah saya kunjungi, bahkan sayapun pernah mendambakan menjadi seperti itu!
Yahh...siapa sih wanita yang tidak ingin menjadi seperti itu?! Saya berani
sumpah pasti semua wanita sangat menginginkan menjadi wanita yang seperti
impian saya...Itu adalah pemandangan dari sisi orang tua terutama para kaum
ibu-ibu, yang katanya tidak ingin ketinggalan mode fashion terkini, biar tidak
kalah dengan anak-anak mudanya.
Dari ‘Uqbah bin Amir,
dari Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam:
“Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj darinya”, kemudian Rasulullah membaca firman Allah yang artinya:
“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
“Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj darinya”, kemudian Rasulullah membaca firman Allah yang artinya:
“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
Sekarang coba saya bahas dari
pemandangan anak muda zaman sekarang, yang notabene (mungkin) anak-anak
perempuan kita. Banyak artis muda (katakanlah usianya di atas 14tahun) menjadi
pemain film dan pemain sinetron di televisi yang hampir setiap waktu di tonton
oleh anak-anak kita di rumah. Di mana film atau sinetron yang di tayangkan
hampir semua tidak ada yang mengarah ke pendidikan dan contoh positif.
Anak-anak sekolah dasar yang saling iri, saling membenci, saling berbalas dalam
kejahatan, saling hasut. Anak muda seusia sekolah SMP dan SMA dengan seragam rok
15 centi di atas lutut, baju kemeja ketat dan tipis. Saling jatuh cinta
kemudian dengan bebasnya saling berpelukan dan berciuman dengan yang berlainan
jenis. Gambaran orang tua yang saling teriak dan kemudian bercerai, bahkan
terlalu bebas hingga anak-anak mereka salah bergaul, memperlihatkan bagaimana
pergaulan malam di klub-klub, mereka di mabukkan dengan minuman keras dan
musik-musik yang menghanyutkan. Sadar atau tidak semua itu yang di tonton oleh
anak-anak kita sekarang dan mungkin akan terekam hingga di lain hari mereka
akan mencoba apa yang pernah mereka tonton di televisi! Bahkan film dan
sinetron yang katanya berbandrol religi pun tidak bisa di jadikan patokan untuk
contoh yang baik bagi para penggemar televisi...!
Ada orang tua yang berkomentar...’ahh,
itu kan tergantung bagaimana kita mengambil hikmah dari apa yang kita tonton,
ambil positifnya dan tinggalkan yang negatif’...Pembenaran yang selalu
berkumandang di kalangan orang tua terutama para ibu yang biasanya suka juga
nonton sinetron. Ya ya ya...semua yang terjadi di dunia ini pasti bertautan
dengan yang namanya ‘hikmah’ ada positif dan ada negatif, tergantung dari sisi
mana manusia itu memandangnya. Dan jika sudah terlanjur terlihat sisi mana yang
sudah terambil maka manusia akan segera menarik sebuah kesimpulan yang menuju
ke satu pembenaran. Entah itu pembenaran yang benar-benar benar atau pembenaran
salah yang di benarkan?! Tapi memang tidak ada sih penyesalan itu datangnya di
awal, pastilah sang penyesalan datangnya di akhir...
Menyepelekan hal yang sepele itu
adalah biasa di kalangan manusia, bukan hanya di zaman sekarang tapi sudah
sejak dulu hal itu berlaku. Jika tidak masakan bisa muncul banyak manusia yang
menggolongkan diri dalam sekelompok golongan dan dengan gigih membela
pembenaran satu kelompok saja?! Padahal Allah tidak pernah membedakan ummatNya,
entah itu dari golongan yang kaya dan yang miskin, dari negara manapun, dari
warna kulit apapun, semua manusia sama kedudukannya di mata Allah. Yang membedakan
adalah keimanan dan ketaqwaan manusia dalam mempercayai dan memperjuangkan
keimanan dan ketaqwaannya tersebut di jalan Allah Subhanahuwwata’ala dalam
keistiqomahan dan kesabaran ibadahnya.
Rasulullah sallalahu ‘alaihi wassallam
bersabda: “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan
dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya.”
Padahal sebenarnya jika menyangkut
pendidikan dan cara mendidik anak itu bukanlah hal yang sepele, karena anak
adalah karunia Allah yang di amanahkan kepada kita dan akan di mintai
pertanggung jawaban kita kelak di akhirat. Membiarkan anak menonton televisi
tanpa kontrol waktu, membebaskan anak bermain internet tanpa kenal waktu bahkan
memfasilitasinya dengan peralatan lengkap seperti gadget dan hp, itu semua
merupakan cara mendidik yang tidak baik bagi orang tua zaman sekarang. Alangkah
baiknya jika orang tua mulai dengan memberi contoh tidak menonton televisi
terutama di waktu-waktu belajar dan di waktu telah masuk waktu sholat sehingga
di siplin dalam beribadah tepat waktu bisa di terapkan. Alangkah baiknya jika
orang tua memberi contoh untuk tidak setiap waktu bermain hp atau gadgetndi
depan anak-anaknya. Bukankah ada pesan nasihat yang bunyinya ‘buah tidak akan
jatuh jauh dari pohonnya’ itu artinya anak pasti akan meniru orang tuanya. Jadi
jika ingin anak –anak berkelakuan dan bersifat baik maka berilah contoh hidup
yang baik pula.
Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: "tahanlah anak-anak kalian (di
rumah) sampai berlalunya awal waktu Isya, karena waktu itu setan-setan sedang
berlalu-lalang"
(HR. Al Hakim, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 905).
(HR. Al Hakim, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 905).
Sudahlah, saya tidak akan berpanjang
pula membahasnya karena saya tidak bisa merubah apa yang sudah dan akan terjadi
di sekelilingku, apalagi merubah seluruh dunia. Karena manusia sudah di beri
karunia berupa otak untuk berfikir oleh Allah, jadi setiap manusia punya jalan
fikiran mereka masing-masing yang tentunya akan sangat berbeda dengan jalan
fikiran saya. Sekeras apapun saya mencoba mengemukakan pendapat hanya akan di
dengarkan, lalu mungkin juga akan mendapat cibiran dan singgungan yang keras,
karena saya sadar saya juga bukan orang tua yang sempurna, bahkan jauh dari
sempurna. Karena perbedaan pendapat tentang hal ini sangat besar terjadi. Hal
terburuknya sudah pasti akan menimbulkan satu jarak perpecahan yang akan
menjauhkan saya dari pergaulan di lingkingan sekitar, karena saya di pandang
sebagai orang sok pintar yang hanya bisa menggurui.
Miris memang di jaman yang serba maju
dan serba modern sekarang ini jika kita menerapkan pembelajaran seperti jaman
dahulu sebelum maraknya teknologi canggih pasti akan di bilang kolot. Dan lebih
kasihan lagi kepada anak-anak yang pasti akan buta teknologi, dalam pergaulan
dia akan merasa terkucilkan. Lebih berbahayanya lagi anak akan memberontak dan
sekali dia mengenal teknologi dari anak yang lain pasti akan membabi buta tanpa
ada yang bisa mencegahnya. Karena pengaruh dari sebuah pergaulan dalam
pertemanan sangatlah besar bagi anak yang mulai beranjak remaja. Di masa inilah
anak-anak akan mulai mencari jati dirinya. Oleh karena itu salah juga jika
orang tua tidak mengenalkan teknologi canggih kepada anak, salah juga jika
orang tua terlalu membebaskan anak dalam mengenal teknologi canggih, salah juga
jika orang tua melarang anak untuk mengekspresikan keinginannya, dan salah juga
jika orang tua terlalu membebaskan anak untuk berekspresi. Yang terbaik yang
bisa di lakukan orang tua adalah menjadi teman sejati bagi anaknya. Menjadi
teman tempat anak bertanya dan di tanya, menjadi teman tempat anak mencurahkan
isi hatinya, menjadi teman bermain untuk anak. Selain memberi materi orang tua
juga berkewajiban memberi pendidikan dan contoh yang baik kepada anak.
Remaja akan mudah sekali terpengaruh
oleh hal-hal yang negatif, jika itu sudah terjadi maka akan tidak mudah bagi
orang tua untuk mempositifkannya kembali. Karena anak kita akan lebih banyak
berada di luar lingkungan rumah. Waktu mereka akan lebih banyak di luar rumah,
sekolah, berkegiatan, dan bermain bersama teman-teman mereka. Padahal setiap
orang tua punya cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya. Tidak semua
orang tua benar dalam memberi contoh dan mendidik anak, di sinilah titik awal
anak melihat semua perbedaan itu dan anak akan berusaha mencari alasan mengapa
mereka saling berbeda? Jika orang tua
membiasakan anak berfikir dan bertindak hati-hati, jika orang tua membiasakan diri untuk memberi contoh yang
baik kepada anak maka mereka akan berfikir ulang untuk melakukan hal yang
salah.
Misalnya saja tentang merokok di
kalangan anak remaja, di Indonesia sendiri menurut survey berbagai lembaga
sebanyak 14% perokok aktif itu adalah anak-anak remaja usia sekolah. Mengapa
bisa terjadi seperti itu? Sebenarnya bisa saja kita menilik dulu dari
kehidupannya di rumah, kembali lagi karena anak akan selalu meniru orang
tuanya. Tidak bisa di salahkan anak merokok jika ternyata di rumahnya sang
bapak juga merokok dengan bebas! Atau bahkan mabuk-mabukan, sang bapak tidak
malu menunjukkannya di depan anak. Sudah pasti jika di tanya mereka akan
menjawab, ‘gue kan nggak mau menyembunyikan siapa gue sebenarnya di depan anak
gue sekalipun...gue yakin anak gue tau kalau mabuk itu salah, jadi gue yakin
dia nggak bakalan niru gue’...atau bisa juga alasan yang seperti ini, ‘percuma
gue sekolahin anak gue kalau gurunya nggak bisa mendidik anak gue biar lebih
baik dari gue!’...biasanya akan ada seribu alasan untuk membenarkan
pendapatnya. Ada juga sebagian orang tua yang hanya bisa memerintah, tapi
mereka sendiri tidak beranjak dari tempatnya. Misalnya saja, orang tua menyuruh
anaknya belajar (itupun dengan bentakan) tapi dia masih juga tak beranjak dari
depan televisi yang di setel dengan volume full stereo. Orang tua menyuruh
anaknya berangkat ke masjid saat adzan telah berkumandang akan tetapi dia
sendiri masih bertelanjang dada dengan rokok di sudut bibir dan sibuk dengan
sarang burungnya! Lalu tindakan seperti apa yang harus di contoh anak jika
seperti itu?! Para anak itu nantinya pun akan menjadi orang tua yang akan
mempunyai anak-anak mereka sendiri, jika orang tua salah dalam mendidik anak
maka secara otomatis akan salah pula mereka menerapkan didikan kepada anak-anak
mereka kelak.
Zaman sekarang ini hamil di luar pernikahan
adalah hal yang sudah sangat biasa, para pelaku tidak lagi di hinggapi perasaan
malu akan perbuatan zina mereka. Pergaulan semakin bebas, para kaum perempuan
tidak lagi malu mempertontonkan sebagian besar auratnya jika berada di tempat
umum, perempuan merokok di tempat umumpun sudah bukan hal yang membuat heran.
Para lelaki tidak lagi segan untuk menyentuh wanita di bagian manapun yang
mereka inginkan, banyak lelaki yang berperilaku dna berdandan selayaknya
wanita. Lelaki dan wanita penyuka sesama jenis dengan bangganya memproklamirkan
diri dengan alasan ‘inilah kami yang sebenarnya, inilah jati diri kami, kami
juga ciptaan Allah, ini bukan kehendak kami tapi ini takdir yang tak bisa kami
hindari, jadi kenapa kami di hujat?!’. Mereka tak segan menunjukkan itu di
depan umum, mereka merasa tidak ada yang salah dengan keadaan mereka, yang
perlu mereka salahkan adalah takdir! Padahal takdir itu adalah rahasia
Allah...Allah yang menentukan takdir manusia...lalu jika manusia menyalahkan
takdir, itu berarti menyalahkan Allah sang Penentu takdir...?
Na’udzubillahimindzaliiq...
Lalu para muda mudi yang terjebak
dalam rayuan setan dengan alasan perasaan cinta dan saling mengasihi, dengan
bebasnya mereka mengumbar kemesraan di tempat umum, padahal mereka belum terikat
tali pernikahan! Bahkan ada yang lebih bebas lagi, sebagai contoh ada sebuah
keluarga, seorang ayah ibu dan dua orang anak perempuan. Jarak usia anak
pertama dengan anak keduanya sangat jauh yaitu 17 tahun. Mereka menerapkan
pendidikan yang demokratis kepada anak-anaknya, anak dan orang tua selayaknya
teman, anak dengan bebas bisa mengekspresikan pendapat mereka, anak selalu di
biasakan bicara apapun masalah mereka dengan tidak ada yang di rahasiakan. Sang
anak tumbuh menjadi anak yang pintar dan bisa di banggakan, sekolah di sekolah
ternama dan selalu mendapatkan ranking unggulan. Pun dengan anak kedua mereka
yang juga tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Di dukung dengan
pertumbuhan perekonomian orang tua yang kian menanjak. Keluarga yang bahagia
dan sempurna, jujur saya juga pernah mempunyai angan untuk menjadi orang tua
seperti mereka dan punya kehidupan seperti mereka. Siapa sih yang tidak
memimpikan sebuah keluarga yang sempurna?
Anak perempuan yang pertama sudah
mempunyai kekasih, tentu saja dengan izin dari orang tuanya, setelah mereka
merasa sang anak sudah layak mempunyai seorang pacar. Dan si lelaki selalu
mendatangi rumah si perempuan, hampir setiap hari...sholat berjama’ah berdua,
makan berdua, nonton tivi berdua, belajar berdua, kesana kemari berdua, belanja
berdua, tak jarang malah si lelaki di libatkan dalam setiap acara keluarga.
Begitu pula sebaliknya dengan keluarga si lelaki, tidak jauh berbeda, malah
mereka sudah menjalin hubungan yang teramat kerabat walau belum menjadi besan.
Bagaimana dengan orang tua si perempuan? Biasanya akan ada jawaban
begini...’biarlah, kalau saya lebih senang mereka di rumah nggak keluyuran
kemana-mana, kalau di rumah lebih mudah mengontrolnya, apalagi kan mereka nggak
berbuat neko-neko...kalau apa-apa di larang malah takutnya anak memberontak dan
bergaul yang salah!’. Lihatlah, apakah seperti itu gambaran orang tua yang
demokratis atau orang tua yang mendidik anaknya dengan kebebasan dengan
landasan agama, karena melihat anaknya sering berjama’ah berdua di rumahnya? Lalu
si anak perempuan, walau di luar rumah memakai kerudung (hanya hijab zaman
sekarang) tapi di hadapan sang kekasih jika di dalam rumah tetap saja memakai
celana jauh di atas lutut, baju atasan yang tak menutup ketiak dan perut! Alsan
yang sering terdengar begini...’Ahh...nggak apa-apa, dia kan sudah di anggap
keluarga jadi santai aja, jangan terlalu di besar-besarkan wong anaknya juga
nggak ngapa-ngapain toh? Kita percaya saja pada anak, jangan curiga...’.
Lihatlah, inikah gambaran orang tua super dan bisa di jadikan acuan menjadi
orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya? Hati-hatilah
terhadap perbuatan zina! Dan janganlah masuk ke-dalam jalan-jalan yang
mendekati zina. Sesungguhnya sabar untuk tidak masuk ke jalan-jalan tersebut lebih
mudah daripada sabar untuk tidak berzina ketika sudah ada di dalam jalannya.
Maka janganlah mendekati zina dan janganlah masuk ke dalam jalan-jalan yang
mendekatinya.
Mempercayai anak, adalah hal yang
tidak bisa di tawar lagi. Orang tua memang harus menanamkan kepercayaan kepada
anaknya agar anak tidak minder, agar anak tidak takut. Benar, sangat
benar...jika kita tidak bisa percaya pada anak bagaimana mereka akan menghadapi
tantangan dunia yang sudah semakin canggih ini? Tapi apakah kepercayaan yang seperti
itu yang di berikan kepada anak...? Apakah akan di lepas begitu saja dengan
kebebasan yang menurut kita itu yang terbaik...? Tahukah orang tua jika anak
juga mempunyai otak untuk berfikir, jika anak sudah bisa berfikir maka dia
sudah menjadi sosok manusia lain, individu lain yang tentu saja berbeda dengan
orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Apakah orang tua tahu apa yang di
kerjakan anak di luar lingkungan rumah? Apakah orang tua tahu jika sang anak
tidak meninggalkan sholat 5 waktunya? Apakah orang tua tahu jika anak tidak
berbuat hal-hal negatif di luar sepengetahuan mereka? Hebat sekali jika orang
tua tahu sekali apa yang sedang di kerjakan atau di perbuat anak-anak mereka
saat mereka saling berjauhan!!
Rasa aman dan
tenteram kini telah hilang dari lubuk hati para orang tua. Penyebabnya,
predator seksual ada di mana-mana. Tidak terdeteksi oleh bentuk muka,
perawakan, hubungan kekerabatan dan karakter kepribadian. Siapa saja nyatanya
bisa begitu keji merusak masa depan buah hati. Tak hanya anak perempuan, anak
laki-laki pun kini jadi mangsa. Apa boleh buat, terpaksa kita harus senantiasa
su’udzon dengan orang-orang sekitar yang belum tentu baik luar dalam. Pasalnya,
tak sedikit pelaku kejahatan yang di lingkungannya dikenal sebagai sosok yang baik,
sopan, santun dan bahkan agamis. Padahal otaknya mesum dan perilakunya cabul.
Untuk itu, dibutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi
bagi orangtua dan anak-anak agar tidak menjadi korban.
Berikut tips untuk orang tua
agar anak-anak waspada:
1. Beri pemahaman tentang tubuh
Beri pemahaman tentang anggota tubuh anak, terutama alat-alat reproduksi. Berikan pemahaman bahwa tubuh mereka diciptakan Allah SWT dengan berbagai fungsi tertentu yang sangat berguna untuk melakukan berbagai aktivitas. Ajak anak bersyukur dengan kesempurnaan fisiknya, dengan cara tidak menyalahgunakannya untuk hal-hal yang dilarang Allah SWT. Misalnya, jangan menggunakan tangan untuk memukul atau menyakiti orang.
2. Tanamkan batasan aurat
Pahamkan tentang batasan aurat dan bahwa aurat tersebut tidak boleh disentuh oleh orang lain, termasuk pihak yang dikenal sekalipun. Seperti kakek, paman, sopir, dll. Ajarkan anak untuk senantiasa menutup auratnya rapat-rapat. Tanamkan rasa malu bila auratnya tampak. Untuk itu, biasakan cara berpakaian yang benar dalam melindungi auratnya.
3. Tanamkan pada anak agar tidak mudah tergiur
Tanamkan agar anak tidak mudah tergiur iming-iming apapun, seperti permen, jajanan, uang atau mainan dengan imbalan apapun. Jelaskan agar waspada jika diberi hadiah tiba-tiba oleh siapapun, termasuk kerabat terdekat sekalipun. Ajarkan anak agar berani menanyakan dengan tegas, apakah pemberian tersebut benar-benar tanpa konsekuensi apapun. Ajak anak agar berani bicara meminta apa yang diinginkannya hanya kepada orang tua.
4. Teliti kebutuhan dan keinginan anak
Orang tua harus introspeksi, apakah selama ini sudah memenuhi kebutuhan anak-anak dengan baik. Dikhawatirkan, anak-anak mudah tergiur pemberian pihak lain karena di rumah tak pernah mendapatkan apa yang dia mau. Iming-iming uang Rp 25 ribu bagi anak-anak cukup besar, kan? Bukan bermaksud memanjakan anak sehingga segala keinginannya wajib dipenuhi. Tapi, kalaupun tidak mengabulkan keinginan anak, jelaskan dengan alasan yang masuk akal sampai meyakinkan anak bahwa sesungguhnya dia tidak membutuhkan apa yang dia inginkan itu.
5. Ajarkan anak untuk berani melawan
Tanamkan agar anak selalu waspada dan tidak lengah terhadap gerak-gerik dan gelagat pihak lain yang mencurigakan atau tidak normal. Misanya, jika sang paman tiba-tiba begitu baik dan perhatian. Ajarkan agar anak berani berteriak dan melawan jika ada yang memaksakan kehendak padanya.
6. Jalin komunikasi efektif dengan anak
Biasakan mengajak anak ngobrol tentang apapun yang dikerjakan dan dialaminya hari itu. Ini akan membangun kedekatan emosional dengan anak sehingga memupuk sejak dini bahwa orang tua adalah tempat yang asyik untuk diajak bicara. Untuk itu, orang tua memang harus menjadi pendengar yang baik. Kadang-kadang apa yang diceritakan anak mungkin bukanlah sesuatu yang dianggap penting bagi orang tua, tapi dengan respons yang antusias, anak akan merasa dihargai. Dengan begitu dia
tidak akan segan untuk selalu berbagi pada orang tuanya. Jangan sampai ketika anak mengalami masalah hanya dipendam di hati sehingga membuatnya menanggung depresi.
7. Perbanyak Doa
Ajak anak banyak berdoa untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Hiasi bibir dengan zikir. Demikian pula orang tua, mintakan penjagaan keamanan bagi anak-anak dari Sang Pencipta. Inilah cara pamungkas dalam menangkis niat keji setan-setan berwujud manusia yang kini gentayangan. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita dan anak-anak. Aamiin.
1. Beri pemahaman tentang tubuh
Beri pemahaman tentang anggota tubuh anak, terutama alat-alat reproduksi. Berikan pemahaman bahwa tubuh mereka diciptakan Allah SWT dengan berbagai fungsi tertentu yang sangat berguna untuk melakukan berbagai aktivitas. Ajak anak bersyukur dengan kesempurnaan fisiknya, dengan cara tidak menyalahgunakannya untuk hal-hal yang dilarang Allah SWT. Misalnya, jangan menggunakan tangan untuk memukul atau menyakiti orang.
2. Tanamkan batasan aurat
Pahamkan tentang batasan aurat dan bahwa aurat tersebut tidak boleh disentuh oleh orang lain, termasuk pihak yang dikenal sekalipun. Seperti kakek, paman, sopir, dll. Ajarkan anak untuk senantiasa menutup auratnya rapat-rapat. Tanamkan rasa malu bila auratnya tampak. Untuk itu, biasakan cara berpakaian yang benar dalam melindungi auratnya.
3. Tanamkan pada anak agar tidak mudah tergiur
Tanamkan agar anak tidak mudah tergiur iming-iming apapun, seperti permen, jajanan, uang atau mainan dengan imbalan apapun. Jelaskan agar waspada jika diberi hadiah tiba-tiba oleh siapapun, termasuk kerabat terdekat sekalipun. Ajarkan anak agar berani menanyakan dengan tegas, apakah pemberian tersebut benar-benar tanpa konsekuensi apapun. Ajak anak agar berani bicara meminta apa yang diinginkannya hanya kepada orang tua.
4. Teliti kebutuhan dan keinginan anak
Orang tua harus introspeksi, apakah selama ini sudah memenuhi kebutuhan anak-anak dengan baik. Dikhawatirkan, anak-anak mudah tergiur pemberian pihak lain karena di rumah tak pernah mendapatkan apa yang dia mau. Iming-iming uang Rp 25 ribu bagi anak-anak cukup besar, kan? Bukan bermaksud memanjakan anak sehingga segala keinginannya wajib dipenuhi. Tapi, kalaupun tidak mengabulkan keinginan anak, jelaskan dengan alasan yang masuk akal sampai meyakinkan anak bahwa sesungguhnya dia tidak membutuhkan apa yang dia inginkan itu.
5. Ajarkan anak untuk berani melawan
Tanamkan agar anak selalu waspada dan tidak lengah terhadap gerak-gerik dan gelagat pihak lain yang mencurigakan atau tidak normal. Misanya, jika sang paman tiba-tiba begitu baik dan perhatian. Ajarkan agar anak berani berteriak dan melawan jika ada yang memaksakan kehendak padanya.
6. Jalin komunikasi efektif dengan anak
Biasakan mengajak anak ngobrol tentang apapun yang dikerjakan dan dialaminya hari itu. Ini akan membangun kedekatan emosional dengan anak sehingga memupuk sejak dini bahwa orang tua adalah tempat yang asyik untuk diajak bicara. Untuk itu, orang tua memang harus menjadi pendengar yang baik. Kadang-kadang apa yang diceritakan anak mungkin bukanlah sesuatu yang dianggap penting bagi orang tua, tapi dengan respons yang antusias, anak akan merasa dihargai. Dengan begitu dia
tidak akan segan untuk selalu berbagi pada orang tuanya. Jangan sampai ketika anak mengalami masalah hanya dipendam di hati sehingga membuatnya menanggung depresi.
7. Perbanyak Doa
Ajak anak banyak berdoa untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Hiasi bibir dengan zikir. Demikian pula orang tua, mintakan penjagaan keamanan bagi anak-anak dari Sang Pencipta. Inilah cara pamungkas dalam menangkis niat keji setan-setan berwujud manusia yang kini gentayangan. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita dan anak-anak. Aamiin.
"Mereka yang Dilindungi Allah SWT"
Dalam sebuah haditsnya, Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah, pernah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah: pemimpin yang adil; anak muda yang menghabiskan masa mudanya dengan senantiasa beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla; seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan, ia menjawab, 'Sungguh aku sangat takut kepada Allah,"; seseorang yang mengeluarkan sedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya; seseorang yang biasa berzikir kepada Allah dalam kesendirian, kemudian ia mencucurkan air matanya " (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits di atas, Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam kitab Fath al-Bari, syarh al-Bukhâri, antara lain sebagai berikut:
Pertama: Terkait dengan pemimpin yang adil. Pemimpin di sini maksudnya adalah pemilik otoritas dalam kepemimpinan agung, yakni siapapun yang memiliki kewenangan mengurus urusan kaum Muslim (yaitu Khalifah). Menurut beliau, penjelasan yang paling baik terkait dengan adil adalah: mengikuti perintah Allah SWT, dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa kurang atau lebih. Dari sini bisa dipahami secara jelas, bahwa keadilan pemimpin hanya mungkin terwujud saat:
(1) Sang pemimpin secara individual memang memiliki sifat-sifat 'adalah (adil). Karena itulah, dalam Islam, adil merupakan syarat mutlak bagi calon pemimpin (Khalifah).
(2) Sang pemimpin menerapkan seluruh hukum Allah secara total dalam kepemimpinannya atas rakyatnya. Dengan demikian, sesungguhnya pemimpin yang adil hanya mungkin terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan syariah Islam, yakni Khilafah, mustahil terwujud pada sistem sekuler (kufur) seperti saat ini. Mengharapkan keadilan pemimpin dalam sistem kufur jelas ibarat mimpi yang mustahil bakal terwujud.
Kedua: Anak muda yang masa mudanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah. Menurut Ibn Hajar, pengkhususan anak muda di sini adalah karena adanya kenyataan bahwa mereka berada pada masa-masa yang didominasi oleh syahwat, yang di dalamnya ada dorongan kuat untuk selalu mengikuti hawa nafsu. Namun demikian, karena ketakwaannya lebih kuat, ia mampu mengendalikannya sehingga hidupnya selalu berada dalam suasana ibadah.
Ketiga: Seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid. Maknanya bukan berarti ia senantiasa diam di masjid. Namun, pikiran dan hatinya senantiasa terikat dengan masjid meski ia berada di luar masjid karena begitu kuatnya cintanya pada masjid.
Keempat: Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah. Maknanya, mere-ka senantiasa saling mencintai saudaranya karena didasarkan pada alasan-alasan agama, dan tidak terputus karena alasan-alasan duniawi; baik ia bertemu secara hakiki atau tidak, sampai keduanya dipisahkan oleh kematian.
Kelima: Seseorang yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang memiliki kemuliaan, baik karena kecan-tikannya, hartanya maupun nasabnya; namun ia berusaha menjauhinya. Dengan kata lain, karena kuatnya rasa malu dan ketakwaannya kepada Allah, ia berusaha menjauhi tindakan tersebut.
Keenam: Seseorang yang bersede-kah secara diam-diam. Makna yang tersirat dari pernyataan ini adalah bersedekah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, tidak bermaksud riya atau sum'ah.
Ketujuh: Seseorang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah), yakni dengan kalbu dan lisannya, saat dia berkhalwat (menyendiri), yaitu saat-saat yang jauh dari sikap riya.
Dari sabda Nabi SAW di atas, juga dari syarah Ibn Hajar atas hadits tersebut, ada isyarat bahwa mereka yang tidak termasuk ke dalam ketujuh golongan tersebut akan terlepas dari perlindungan Allah SWT pada Hari Kiamat kelak. Pemimpin yang fasik (lawan dari adil), misalnya, di antaranya karena tidak menerapkan syariah Islam dalam pemerintahnnya, jelas tidak akan mendapatkan perlindungan Allah SWT meskipun secara pribadi mungkin ia tidak gemar berbuat maksiat kepada-Nya. Ini karena keengganannya untuk menerap-kan hukum-hukum Allah adalah bentuk kemaksiatannya terbesar di sisi-Nya.
Demikian pula anak-anak muda yang menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan bermaksiat kepada Allah; mereka yang hati dan pikirannya tidak pernah terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai bukan karena Allah, tetapi lebih karena alasan-alasan duniawi; mereka yang gampang tergoda oleh rayuan wanita, apalagi yang biasa meng-goda wanita, tanpa memiliki rasa takut akan azab Allah; mereka yang bersedekah tetapi dibarengi dengan unsur riya dan sum'ah; serta mereka yang biasa melupakan Allah SWT.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang disabdakan oleh Baginda Nabi SAW di atas, bukan golongan yang sebaliknya. Amin.
Dalam sebuah haditsnya, Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah, pernah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah: pemimpin yang adil; anak muda yang menghabiskan masa mudanya dengan senantiasa beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla; seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan, ia menjawab, 'Sungguh aku sangat takut kepada Allah,"; seseorang yang mengeluarkan sedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya; seseorang yang biasa berzikir kepada Allah dalam kesendirian, kemudian ia mencucurkan air matanya " (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits di atas, Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam kitab Fath al-Bari, syarh al-Bukhâri, antara lain sebagai berikut:
Pertama: Terkait dengan pemimpin yang adil. Pemimpin di sini maksudnya adalah pemilik otoritas dalam kepemimpinan agung, yakni siapapun yang memiliki kewenangan mengurus urusan kaum Muslim (yaitu Khalifah). Menurut beliau, penjelasan yang paling baik terkait dengan adil adalah: mengikuti perintah Allah SWT, dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa kurang atau lebih. Dari sini bisa dipahami secara jelas, bahwa keadilan pemimpin hanya mungkin terwujud saat:
(1) Sang pemimpin secara individual memang memiliki sifat-sifat 'adalah (adil). Karena itulah, dalam Islam, adil merupakan syarat mutlak bagi calon pemimpin (Khalifah).
(2) Sang pemimpin menerapkan seluruh hukum Allah secara total dalam kepemimpinannya atas rakyatnya. Dengan demikian, sesungguhnya pemimpin yang adil hanya mungkin terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan syariah Islam, yakni Khilafah, mustahil terwujud pada sistem sekuler (kufur) seperti saat ini. Mengharapkan keadilan pemimpin dalam sistem kufur jelas ibarat mimpi yang mustahil bakal terwujud.
Kedua: Anak muda yang masa mudanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah. Menurut Ibn Hajar, pengkhususan anak muda di sini adalah karena adanya kenyataan bahwa mereka berada pada masa-masa yang didominasi oleh syahwat, yang di dalamnya ada dorongan kuat untuk selalu mengikuti hawa nafsu. Namun demikian, karena ketakwaannya lebih kuat, ia mampu mengendalikannya sehingga hidupnya selalu berada dalam suasana ibadah.
Ketiga: Seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid. Maknanya bukan berarti ia senantiasa diam di masjid. Namun, pikiran dan hatinya senantiasa terikat dengan masjid meski ia berada di luar masjid karena begitu kuatnya cintanya pada masjid.
Keempat: Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah. Maknanya, mere-ka senantiasa saling mencintai saudaranya karena didasarkan pada alasan-alasan agama, dan tidak terputus karena alasan-alasan duniawi; baik ia bertemu secara hakiki atau tidak, sampai keduanya dipisahkan oleh kematian.
Kelima: Seseorang yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang memiliki kemuliaan, baik karena kecan-tikannya, hartanya maupun nasabnya; namun ia berusaha menjauhinya. Dengan kata lain, karena kuatnya rasa malu dan ketakwaannya kepada Allah, ia berusaha menjauhi tindakan tersebut.
Keenam: Seseorang yang bersede-kah secara diam-diam. Makna yang tersirat dari pernyataan ini adalah bersedekah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, tidak bermaksud riya atau sum'ah.
Ketujuh: Seseorang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah), yakni dengan kalbu dan lisannya, saat dia berkhalwat (menyendiri), yaitu saat-saat yang jauh dari sikap riya.
Dari sabda Nabi SAW di atas, juga dari syarah Ibn Hajar atas hadits tersebut, ada isyarat bahwa mereka yang tidak termasuk ke dalam ketujuh golongan tersebut akan terlepas dari perlindungan Allah SWT pada Hari Kiamat kelak. Pemimpin yang fasik (lawan dari adil), misalnya, di antaranya karena tidak menerapkan syariah Islam dalam pemerintahnnya, jelas tidak akan mendapatkan perlindungan Allah SWT meskipun secara pribadi mungkin ia tidak gemar berbuat maksiat kepada-Nya. Ini karena keengganannya untuk menerap-kan hukum-hukum Allah adalah bentuk kemaksiatannya terbesar di sisi-Nya.
Demikian pula anak-anak muda yang menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan bermaksiat kepada Allah; mereka yang hati dan pikirannya tidak pernah terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai bukan karena Allah, tetapi lebih karena alasan-alasan duniawi; mereka yang gampang tergoda oleh rayuan wanita, apalagi yang biasa meng-goda wanita, tanpa memiliki rasa takut akan azab Allah; mereka yang bersedekah tetapi dibarengi dengan unsur riya dan sum'ah; serta mereka yang biasa melupakan Allah SWT.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang disabdakan oleh Baginda Nabi SAW di atas, bukan golongan yang sebaliknya. Amin.
"Penghancur Agama"
Hancurnya agama Anda, kata Syaikh Abdul Qadir Jailani, adalah karena 4 hal:
(1) Anda tidak mengamalkan apa yang Anda ketahui;
(2) Anda mengamalkan apa yang Anda tidak ketahui;
(3) Anda tidak mencari tahu apa yang Anda tidak ketahui;
(4) Anda menolak orang yang mengajari Anda apa yang tidak Anda ketahui (Jailani, Al-Fath ar-Rabbani wa Faydh ar-Rahmani, hlm. 43.Beirut: 1998).
1. Tidak mengamalkan apa yang diketahui.
Allah Swt. telah mencela orang yang banyak tahu agama, bahkan banyak ngomong masalah agama, tetapi tidak melaksanakan apa yang dia ketahui dan sering dia diomongkan: “Sungguh besar kebencian Allah karena kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shaff [61]: 3).
Lebih dari itu, banyak tahu agama tetapi tidak mengamalkannya adalah sia-sia. Sebabnya, Allah menilai seseorang bukan dari ilmunya (yang banyak), tetapi dari amalnya: “(Dialah Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia, siapa yang terbaik amalnya.”(QS al-Mulk [67]: 2).
Dalam ayat ini, Allah menggunakan frasa ahsanu-’amala (amal terbaik), bukan aktsaru-’ilma (ilmu terbanyak). Maknanya, sebagaiman Rasulullah pernah bersabda: “Selalu waspada (wara’) terhadap larangan-larangan Allah dan senantiasa bersegera menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Qurthubi,Tafsir al-Qurthubi, XVIII/207).
Karena itu, sangat disayangkan jika orang banyak tahu agama tetapi sedikit mengamalkan agamanya. Misal: Masih banyak Muslim yang tahu bahwa shalat, shaum dan zakat itu wajib, namun mereka tidak melaksanakannya. Banyak Muslimah yang tahu menutup aurat/berjilbab itu wajib, tetapi enggan melakukannya. Banyak pejabat, pegawai pemerintah, polisi, jaksa, hakim dll yang tahu suap dan korupsi itu haram/dosa, namun mereka tetap melakukannya. Banyak Muslim yang tahu bahwa menegakkan syariah Islam itu wajib, tetapi tidak berusaha memperjuangkannya, seolah-olah itu bukan urusannya. Banyak ulama yang tahu menegakkan Khilafah itu wajib. Mereka pun tahu kewajiban menegakkan Khilafah itu merupakan Ijmak Sahabat dan ijmak para ulama salafush-shalih. Namun, alih-alih berusaha menegakkannya, bahkan ada yang menganggap upaya tersebut tidak relevan untuk saat ini, ’memecah-belah’, ’mengancam’ NKRI, dll. Banyak tokoh kiai yang tahu bahwa riba itu haram tetapi tidak pernah mencegah Pemerintah yang nyata-nyata berutang ke luar negeri dengan bunga (riba) yang sangat ’mencekik’. Banyak pula aktivis dakwah yang tahu menjaga amanah dan memelihara akad itu wajib, tetapi sering melalaikan dan mengabaikannya.
2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui.
Tidak sedikit orang yang awam agama melakukan banyak hal yang dia sendiri tidak tahu status hukumnya; apakah halal atau haram. Misal: Tidak sedikit Muslim berbisnis saham/valas, melakukan transaksi kredit barang lewat lembaga leasing seperti menjamur saat ini, terlibat dalam bisnis asuransi, menjadi staf keuangan bank berbasis riba, mengadu untung dalam kuis via sms, dll. Tidak sedikit Muslim/Muslimah yang memandang baik profesi sebagai artis (penyanyi, penari, pemain film/sinetron dll)—yang biasanya akrab dengan atraksi membuka aurat, berkhalwat dan ber-ikhtilat, serta ragam maksiat lainnya; bahkan mereka berlomba-lomba meraihnya. Tidak sedikit pula Muslim yang memandang mulia demokrasi dan HAM, mempraktikkannya, bahkan bangga menjadi pejuangnya. Semua itu mereka lakukan karena mungkin tidak tahu keharamannya. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka tertolak(haram, pen.).” (HR Muslim).
3. Tidak mencari tahu apa yang tidak diketahuinya.
Banyak Muslim/Muslimah yang sadar dirinya awam dalam agama, tetapi tidak terdorong untuk mempelajari dan mendalami agama (taffaquh fi ad-din). Mereka seolah enjoy dengan kebodohannya dalam agama. Tidak sedikit pula hal ini melanda para aktivis dakwah. Misal: tidak sedikit aktivis dakwah yang malas belajar bahasa Arab, padahal mereka tahu mempelajarinya sangat urgen dalam upaya memahami agama demi bekal dakwah mereka; bahkan mereka tahu di antara faktor kemunduran umat adalah karena diabaikannya bahasa Arab.
4. Menolak orang yang mengajari apa yang tidak diketahuinya.
Tidak sedikit Muslim yang—karena kesombongannya—menolak ketika orang lain mengajari (baca: mendakwahi)-nya. Padahal Rasulullah telah bersabda (yang artinya), “Sombong itu menolak kebenaran.” (HR Muslim dan Abu Dawud). Tidak sedikit pula yang enggan belajar kepada orang lain hanya karena orang lain itu lebih muda, karena lebih rendah tingkat pendidikan formalnya, karena dari kelompok/mazhab/harakah/partai yang berbeda, atau karena faktor-faktor lain.
Hancurnya agama Anda, kata Syaikh Abdul Qadir Jailani, adalah karena 4 hal:
(1) Anda tidak mengamalkan apa yang Anda ketahui;
(2) Anda mengamalkan apa yang Anda tidak ketahui;
(3) Anda tidak mencari tahu apa yang Anda tidak ketahui;
(4) Anda menolak orang yang mengajari Anda apa yang tidak Anda ketahui (Jailani, Al-Fath ar-Rabbani wa Faydh ar-Rahmani, hlm. 43.Beirut: 1998).
1. Tidak mengamalkan apa yang diketahui.
Allah Swt. telah mencela orang yang banyak tahu agama, bahkan banyak ngomong masalah agama, tetapi tidak melaksanakan apa yang dia ketahui dan sering dia diomongkan: “Sungguh besar kebencian Allah karena kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shaff [61]: 3).
Lebih dari itu, banyak tahu agama tetapi tidak mengamalkannya adalah sia-sia. Sebabnya, Allah menilai seseorang bukan dari ilmunya (yang banyak), tetapi dari amalnya: “(Dialah Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia, siapa yang terbaik amalnya.”(QS al-Mulk [67]: 2).
Dalam ayat ini, Allah menggunakan frasa ahsanu-’amala (amal terbaik), bukan aktsaru-’ilma (ilmu terbanyak). Maknanya, sebagaiman Rasulullah pernah bersabda: “Selalu waspada (wara’) terhadap larangan-larangan Allah dan senantiasa bersegera menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Qurthubi,Tafsir al-Qurthubi, XVIII/207).
Karena itu, sangat disayangkan jika orang banyak tahu agama tetapi sedikit mengamalkan agamanya. Misal: Masih banyak Muslim yang tahu bahwa shalat, shaum dan zakat itu wajib, namun mereka tidak melaksanakannya. Banyak Muslimah yang tahu menutup aurat/berjilbab itu wajib, tetapi enggan melakukannya. Banyak pejabat, pegawai pemerintah, polisi, jaksa, hakim dll yang tahu suap dan korupsi itu haram/dosa, namun mereka tetap melakukannya. Banyak Muslim yang tahu bahwa menegakkan syariah Islam itu wajib, tetapi tidak berusaha memperjuangkannya, seolah-olah itu bukan urusannya. Banyak ulama yang tahu menegakkan Khilafah itu wajib. Mereka pun tahu kewajiban menegakkan Khilafah itu merupakan Ijmak Sahabat dan ijmak para ulama salafush-shalih. Namun, alih-alih berusaha menegakkannya, bahkan ada yang menganggap upaya tersebut tidak relevan untuk saat ini, ’memecah-belah’, ’mengancam’ NKRI, dll. Banyak tokoh kiai yang tahu bahwa riba itu haram tetapi tidak pernah mencegah Pemerintah yang nyata-nyata berutang ke luar negeri dengan bunga (riba) yang sangat ’mencekik’. Banyak pula aktivis dakwah yang tahu menjaga amanah dan memelihara akad itu wajib, tetapi sering melalaikan dan mengabaikannya.
2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui.
Tidak sedikit orang yang awam agama melakukan banyak hal yang dia sendiri tidak tahu status hukumnya; apakah halal atau haram. Misal: Tidak sedikit Muslim berbisnis saham/valas, melakukan transaksi kredit barang lewat lembaga leasing seperti menjamur saat ini, terlibat dalam bisnis asuransi, menjadi staf keuangan bank berbasis riba, mengadu untung dalam kuis via sms, dll. Tidak sedikit Muslim/Muslimah yang memandang baik profesi sebagai artis (penyanyi, penari, pemain film/sinetron dll)—yang biasanya akrab dengan atraksi membuka aurat, berkhalwat dan ber-ikhtilat, serta ragam maksiat lainnya; bahkan mereka berlomba-lomba meraihnya. Tidak sedikit pula Muslim yang memandang mulia demokrasi dan HAM, mempraktikkannya, bahkan bangga menjadi pejuangnya. Semua itu mereka lakukan karena mungkin tidak tahu keharamannya. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka tertolak(haram, pen.).” (HR Muslim).
3. Tidak mencari tahu apa yang tidak diketahuinya.
Banyak Muslim/Muslimah yang sadar dirinya awam dalam agama, tetapi tidak terdorong untuk mempelajari dan mendalami agama (taffaquh fi ad-din). Mereka seolah enjoy dengan kebodohannya dalam agama. Tidak sedikit pula hal ini melanda para aktivis dakwah. Misal: tidak sedikit aktivis dakwah yang malas belajar bahasa Arab, padahal mereka tahu mempelajarinya sangat urgen dalam upaya memahami agama demi bekal dakwah mereka; bahkan mereka tahu di antara faktor kemunduran umat adalah karena diabaikannya bahasa Arab.
4. Menolak orang yang mengajari apa yang tidak diketahuinya.
Tidak sedikit Muslim yang—karena kesombongannya—menolak ketika orang lain mengajari (baca: mendakwahi)-nya. Padahal Rasulullah telah bersabda (yang artinya), “Sombong itu menolak kebenaran.” (HR Muslim dan Abu Dawud). Tidak sedikit pula yang enggan belajar kepada orang lain hanya karena orang lain itu lebih muda, karena lebih rendah tingkat pendidikan formalnya, karena dari kelompok/mazhab/harakah/partai yang berbeda, atau karena faktor-faktor lain.
Keempat hal di atas
memang telah menghancurkan agama pada diri seorang Muslim ataupun di tengah-tengah
masyarakat. Akibatnya
nyata: Hukum-hukum Allah dicampakkan dan dijauhkan. Hukum-hukum thaghut
diterapkan dan dilestarikan. Kewajiban-kewajiban agama banyak ditinggalkan.
Larangan-larangannya sering dilakukan dan bahkan jadi kebiasaan. Yang halal
disembunyikan. Yang haram ditonjolkan. Yang sunnah enggan diamalkan. Yang
bid’ah malah dibesar-besarkan. Adat menjadi ibadat. Ibadat bercampur dengan
khurafat dan maksiat.
Demikianlah, akhirnya Islam sekadar sebutan; al-Quran sekadar jadi bacaan; as-Sunnah pun terlupakan. Saat itu, sebagaimana isyarat Nabi saw., Islam kembali menjadi sesuatu yang asing, persis sebagaimana awal kedatangannya. Sabda Nabi. “Islam mulanya datang sebagai sesuatu yang asing dan nanti akan kembali dianggap asing. Berbahagialah orang-orang yang dipandang asing, yakni mereka yang selalu melakukan perbaikan-perbaikan di tengah-tengah masyarakat yang berlomba-lomba melakukan kerusakan-kerusakan.” (HR Ahmad).
Wama tawfiqi illa billah.
Demikianlah, akhirnya Islam sekadar sebutan; al-Quran sekadar jadi bacaan; as-Sunnah pun terlupakan. Saat itu, sebagaimana isyarat Nabi saw., Islam kembali menjadi sesuatu yang asing, persis sebagaimana awal kedatangannya. Sabda Nabi. “Islam mulanya datang sebagai sesuatu yang asing dan nanti akan kembali dianggap asing. Berbahagialah orang-orang yang dipandang asing, yakni mereka yang selalu melakukan perbaikan-perbaikan di tengah-tengah masyarakat yang berlomba-lomba melakukan kerusakan-kerusakan.” (HR Ahmad).
Wama tawfiqi illa billah.
TENTANG ALLAH AZZA WA
JALLA
Suatu hari ada yang
bertanya kepada saya “Di mana Allah sebelum menciptakan manusia dan dunia ini? Lalu
Allah itu sendiri siapa yang menciptakanNya...?”
Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam Bersabda”
” تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ ، وَلا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ“ (رواه أبو نعيم عن ابن عباس)
Artinya
“Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang
Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas). Hadits ini dihasankan Syaikh
Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul
Jami’sh Shaghir (2976) dan Silsilatu Ahadits
Ash-Shahihah (1788).
Diriwayatkan dari
Aisyah Radiyallaahu 'anha. bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Sesungguhnya
syaithan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu mengatakan, 'Siapakah yang
telah menciptakanmu?' 'Allah!' jawabnya. Lalu syaithan bertanya lagi: 'Lalu
siapakah yang menciptakan Allah?' Jika kalian menghadapi hal seperti ini, maka
hendaklah ia mengucapkan, 'Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.'
Sesungguhnya, ucapan itu dapat menghilangkan waswas syaithan itu." (Shahih,
HR Ahmad [VI/258] dan Ibnu Hibban dalam al-Mawarid [41].
Dengan berpikir manusia bisa meraih
berbagai kemajuan, kemanfaatan dan kebaikan. Dengan berpikir pula manusia
mengalami kesesatan dan kebinasaan. Oleh
karena itu, dalam hadits ini Rasulullah saw. Memerintahkan kita untuk melakukan
tafakur yang akan mengantarkan kita kepada kemanfaatan, kebaikan, ketaatan,
keimanan dan ketundukan kepada Allah Taala, yaitu dengan tafakur mengenai
makhluk ciptaan Allah. Sebaliknya, beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah
karena kita tidak akan menjangkaunya, juga bisa mengantarkan kita kepada
kesesatan dan kebinasaan. Sebagaimana yang dialami para filosof dan kaum
rasionalis yang memaksakan diri berpikir tentang Dzat Allah. Sehingga mereka
terjerumus dalam kesesatan di bidang aqidah dan keyakinan. Wal
‘iyadzu billah.
Jika berpikir tentang
Allah Azza wajalla, yakni memikirkan dzat Allah Azza wajalla maka tidak
selayaknya untuk dilakukan. Sebab apabila seorang hamba berpikir, maka dia
berpikir dengan apa yang tergambar oleh akalnya dan apa yang terbetik dalam
benaknya dari hal-hal yang terlihat, terdengar, dan diketahui. Sedangkan Allah
Azza wajalla berada di atas itu semua. Tidak layak bagi seorang pun untuk
memikirkan dzat Allah Azza wajalla, sebab tatkala ia menggambarkan sesuatu
tentang dri Allah Azza wajalla maka Allah Azza wajalla berbeda dengan apa yang
ia gambarkan dan cukup bagi kita berpikir tentang makhluk-makhluk-Nya, dan
tentang kekuasaan-Nya yang luar biasa.
Kalau seandainya
seseorang itu mau memikirkan tentang asal kejadiannya sendiri niscaya hal itu
telah cukup baginya. Hendaknya dia memikirkan bagaimana Allah mengubah air
mani, yang darinya Allah menciptakan makhluk yang agung ini, dan bagaimana
Allah mengubah air mani yang darinya Allah menciptakan berbagai jenis hewan dan
bagaimana Allah mempersiapkan segala sesuatu dari makhluk-makhluk ini untuk tujuan
tertentu. Allah mempersiapkan sapi untuk mengolah tanah pertanian dan Allah
mempersiapkan unta untuk kendaraan dan yang lainnya dari hal-hal yang kita
saksikan dan kita ketahui. Yang Kuasa mengubah air mani tersebut, dari air mani
menjadi manusia dan menjadi hewan, bukankah yang mampu melaksanakan hal itu
adalah Ar Rabb Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu?! Tentu, dan kita termasuk
orang-orang yang menyaksikan akan hal itu. Yang jelas, bahwasanya berpikir itu
selayaknya diarahkan kepada ciptaan Allah bukan pada dzat Allah hendaknya kita
membaca firman Allah:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu
pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy Syuuraa: 11)
Wajib bagi kita untuk
berserah diri menerima ayat ini sehingga akal kita tidak meraba-raba sesuatu
yang tidak layak untuk dipikirkan. Apabila Surga saja di dalamnya terdapat
kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh
telinga, dan belum pernah terbetik dalam hati seseorang padahal itu adalah
makhluk Allah Azza wajalla, lantas bagaimana dzat Allah?! Wabillahit taufiq.
Allah Subhaanahu wa ta'aala berfirman yang
artinya,
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka.'" (Ali 'Imran: 191).
"Katakanlah,
'Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman.'" (Yunus: 101).
"Dan kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang
kafir itu Karena mereka akan masuk neraka." (Shaad: 27).
Allah berfirman :
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?[Yûsuf/12 : 105-107]
Mereka tak ubahnya seperti binatang ternak. Disebutkan dalam firman Allah
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).[al-Furqân/25 : 44]
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?[Yûsuf/12 : 105-107]
Mereka tak ubahnya seperti binatang ternak. Disebutkan dalam firman Allah
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).[al-Furqân/25 : 44]
Pernahkan kita
melihat alat yang kecil lagi rumit yang dibuat oleh manusia pada zaman
sekarang, seperti hp, laptop, dan lainnya? Seberapa besar kekaguman manusia
terhadap alat-alat tersebut? Seberapa besar penghargaan manusia dengan penemuan
itu? Padahal, itu hanya sebagian kecil dari ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala , karena penemuan itu bukan murni hasil karya manusia, tetapi masih
termasuk ciptaan Allah Azza wa Jalla . Yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengilhamkan dan memberi ilmu kepada manusia, sehingga ia mampu menciptakan
alat-alat itu. Jika
demikian, bagaimana mungkin manusia bisa terkagum-kagum dengan hasil karyanya,
kemudian ia lupa dengan tanda-tanda kekusaan Allah Azza wa Jalla yang digelar
di alam raya ini, bahkan tanda-tanda kebesaran-Nya di dalam diri manusia itu
sendiri?
Sudah jelas bagi kita bahwa bukan
merupakan kesia-siaan ketika Allah Ta’ala menciptakan kita. Lalu apa tujuannya?
Tujuan Allah menciptkan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya semata, yakni
dengan mentauhidkan-Nya. Hal ini Allah Ta’ala tegaskan dalam firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(Adz
Dzariyat:56)
Bahkan
dengan sebab tauhid inilah Allah menciptakan seluruh makhluk, menyediakan surga
dan neraka, Allah menurunkan kitab-kitab-Nya, dan mengutus para rasul ‘alaihimus
sallam. Allah menciptakan jin dan manusia serta memerintahkannya
untuk bertauhid kepada-Nya. Allah menjanjikan surga bagi yang merealisasikan
tauhid, dan mengancam dengan neraka bagi yang menyelisihi jalan tauhid. Dan
Allah mengutus seluruh para nabi dan rasul untuk menjelaskan tauhid. Bukti
bahwa Allah tidak menciptakan manusia sia-sia, Allah mengutus rasul di
tengah-tengah mereka untuk memberikan petunjuk. Kewajiban manusia untuk taat
kepada rasul yang di utus kepada mereka. Barangsiapa yang mentaati rasul
tersebut akan masuk surga, karena ketaatan kepada rasul merupakan bentuk
ketaatan kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
“Barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang
mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
kemenangan yang besar.” (An Nisaa’:13).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan
: “ Orang yang sempurna (adalah) yang sempurna dalam ketaatan kepada Allah dan
rasul-Nya secara lahir dan batin”. Tujuan dari pengutusan rasul adalah agar
manusia mentaati mereka dan mengikuti syariat yang mereka bawa dari sisa Allah Ta’ala”.(
Dinukil dari Taisiirul
Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 32, Syaikh Abdul Muhsin al Qosim rahimahullah)
Setelah jelas bagi kita, adanya jalan
menuju surga dan juga jalan kebinasaan di neraka, seorang yang berakal tentunya
akan memilih jalan keselamatan. Tidak ada jalan yang dapat menyelamatkan kita
dan mengantarkan kita ke surga kecuali dengan mengikuti perintah Allah dan
rasul-Nya. Syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Syarat yang mudah bagi
orang-orang yang menyadarinya. Namun sayangnya, masih ada saja orang yang
enggan menempuhnya. Dijelaskan dalam sabda Nabi yang mulia shalallahu
‘alahi wa sallam :
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى.. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“ Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Para
sahabat kemudian bertanya: “ Ya Rasulullah, siapkah orang yang enggan
itu?” Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang mentaatiku akan masuk surga,
barangsiapa yang mendurhakaiku mereka itulah orang-orang yang enggan masuk
surga” (H.R. Bukhari)
Orang-orang yang mendurhakai rasul
yang ditus kepadanya, akan mendapat siksa di neraka. Allah Ta’ala berfirman
:
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً خَالِداً فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُّهِينٌ
“Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang
ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan” (An
Nisaa’: 14)
Allah Ta’ala mencontohkan di dalam Al Quran tentang
orang yang durhaka kepada rasul yang diutus kepadanya, yaitu Fir’aun yang
durhaka kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam. Akibat perbuatannya tersebut, Fir’aun
akan mendapat siksa. Allah Ta’ala berfirman
:
فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذاً وَبِيلاً} [المزمل:16].
“Maka Fir’aun
mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”
(Al Muzamil:16)
Siksaan
yang dialami Fir’aun terjadi di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Siksaan
di dunia yaitu ditenggelamkan di lautan. Kemudian setelah itu siksa yang
dialami di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat. Kemudian terakhir adalah
adzab neraka di akherat . Allah Ta’ala berfirman
:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat.
(Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras” (Al Mu’min:46)
Siksaan
yang dialami Fir’aun disebabkan karena kedurhakaannya terhadap rasul yang
diutus kepadanya, yaitu Musa ‘alaihis sallam. Maka barangsiapa yang mendurhkai
rasul yang diutus kepadanya terancam akan mendapat siksa sebagaimana yang
dialami oleh Fir’aun. Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk taat kepada
rasul yang diutus kepadanya. Kewajiban kita adalah taat kepada rasul yang
diutus kepada kita, yaitu Muhammad shallallahu ‘alihi wa sallam.
Hendaknya umat Muhammad merasa
khawatir jika mereka mendurhakai rasulnya. Mereka akan mendapat hukuman seperti
yang dialami Fir’aun yang mendapat hukuman yang berat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Kalian (umat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih pantas untuk
celaka jika kalian mendurhakai rasul kalian (daripada yang dialami Fir’aun),
karena rasul kalian lebih mulia dan lebih utama daripada Musa bin Imran ‘alaihis sallam”. (Dinukil dari Taisiirul Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 33).
Semoga kita kembali tersadar dengan
hikmah tujuan penciptaan kita. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.
Marilah kita selalu
meningkatkan takwa kepada Allah, seraya merenungi ciptaan-ciptaan-Nya,
mentadaburi ayat-ayat-Nya. Dengan demikian, kita bisa memahami keagungan dan
kekuasaan-Nya. Demikianlah
sedikit ilmu yang saya ketahui, hanya sebesar biji debu saja jika di bandingkan
dengan ilmu para alim ulama. Tapi saya harap dari yg sedikit ini bisa menambah
referensi pengetahuan kita akan segala sesuatu yang biasanya kita anggap
sepele, tapi ternyata besar pengaruhnya bagi kehidupan kita sebagai manusia
ciptaan Allah Yang Maha Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar