Jumat, 19 September 2014

TENTANG CIPTAAN ALLAH
















Dunia terkembang luas dari ujung selatan ke ujung utara, tak berbatas meski ada cakrawala,meski ada lautan, meski ada batas daratan. Dunia terbagi menjadi berbagai negara yang terpisah jarak oleh daratan dan lautan yang membentang luas, bahkan lautan lebih luas dari daratan. Di dunia ini juga terdapat berbagai suku bangsa yang sangat berbeda-beda, dari bahasa, gaya hidup, warna kulit, kebudayaan dan lain sebagainya. Bahkan di satu negara saja pasti ada perbadaan di setiap daerahnya, di satu daerahpun terdapat banyak perbedaan di wilayahnya masing-masing. Entah itu perbedaan agama dan keyakinan, perbedaan kebudayaan dan kebiasaan, perbedaan warna kulit, perbedaan bahasa, dan masih banyak lagi perbadaan yang lain yang tidak tersebutkan.
Allah berfirman:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum [30] : 22)
Contohnya di Indonesia, karena saya warga negara Indonesia dan saya belum pernah meninggalkan Indonesia sampai detik ini, bisa di katakan malah saya belum pernah meninggalkan daerah saya untuk pergi ke luar ke daerah Indonesia yang lain. Tapi karena saya punya fasilitas internet di kantor maupun di rumah jadi saya masih bisa menjelajahi seluruh dunia hanya dengan menggunakan jari jemari saya. Saya bisa melihat semua perbedaan di seluruh dunia, dan saya juga bisa melihat sedikit persamaa yang ada di seluruh dunia. Tapi sebenarnya saya bukan ingin menulis tentang perbedaan atau persamaan di setiap negara, karena itu akan sangat melelahkan. Saya hanya ingin menulis tentang manusia yang menghuni dunia ini.
Allah Subhana huwwata’alah berfirman yang artinya:
“Katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaan.” (QS Al-Ankabut/29:20).
Alam semesta ini merupakan ciptaan Allah Yang Maha Esa, Allah yang Maha Agung, Allah Yang Maha Mengetahui, Allah Yang Maha Mulia. Begitupun dengan manusia penghuni bumi ini, manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi yang di ciptakan oleh Allah Subhana huwwata’alah, di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya. Bahkan di dalam Al-Qur’an banyak di jelaskan tentang penciptaan manusia.
Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhanya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS Al-Insan/76:2).
Kemudian Allah juga berfirman yang artinya:
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.”(QS Abasa/80:10).
Sperma yang bercampur dari seorang pria dan wanita ini bergerak di dalam pembuluh telur rahim hingga rongga rahim kira-kira pada hari kelima. Dalam rentang waktu tersebut pergerakan sperma akan terbagi menjadi beberapa bagian yaang berurutan, masing-masing bagian memerlukan waktu permulaan antara 12 sampai 24 jam. Tujuannaya supaya campuran sperma tersebut berubah menjadi 2 sel kemudian berurutan menjadi 4 sel, 8 sel, sampai pada 16 sel. Inilah fase permulaan kelenjar morula yang masuk ke dalam rongga rahim yang akan terus terbagi menjadi beberapa bagian. Siklus yang unik.  Kemudian pada minggu ke dua akan menjadi segumpal darah,  sebagaimana Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal darah.”(QS Al-Mulminun/23:14).
Rasulullah pun pernah bersabda:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian di kumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging dengan bentuk makhluk yang sempurna.”(HR Muslim).
Kemudian seorang malaikat di utus untuk meniupkan roh kepadanya pada bulan ke empat. Dari proses yang panjang dalam waktu selama 40 minggu janin dalam rahim menjadi salah satu hamba Allah dan keluar sebagai anak. Sungguh luar biasa Zat yang mengatur semua itu, sungguh luar biasa Zat yang menciptakan semua itu.
Allah berfirman yang artinya:
“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudia mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali), adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”(QS Ar-Rum/30:40).
Harus di ingat dari penciptaan awa manusia, dari sperma yang bisa menjadikan kedua mata, kedua telinga, lisan yang bisa berbicara, otot-otot, urat, syaraf, siklus darah, otak, jantung, limpa, hati, pendengaran, kekuasaan untuk bergerak dan berfikir. Kemudian bagaimana kita mempergunakan mata kita untuk melihat? Apa yang bisa dan akan kita lihat? Apa yang biasa kita lihat dengan kedua mata yang merupakan pemberian dari Sang Pencipta ini? Bagaimana kita bisa membiarkan mata ini melihat sesuatu yang haram? Tidakkah kita malu kepada Allah yang berkata,”Bukankah Aku sudah memfungsikan pendengaran dan penglihatanmu lalu kamu gunakan untuk melihat dan mendengarkan yang haram?”.
Kepada manusia yang menggunakan internet dan browsing di dunia maya yang serba tak terbatas, termasuk tontonan yang tidak layak di lihat, coba kita bertanya “Siapa yang memberi kalian rezeki mata?” Lalu kepada manusia yang suka mendengarkan musik campur baur, medengarkan pembicaraan yang kotor, mengucapkan kata yang tidak pantas, coba kita bertanya, “Siapa yang telah memberi kalian telinga untuk mendengar dan mulut untuk bicara?”. Kepada manusia yang berani menolak taat kepada Allah dan menentang ajaran yang nyata terkandung di dalam Al-Qr’an dan Hadist, coba kita bertanya, “Siapa yang telah memberimu rezeki berupa otak untuk berfikir dan hati untuk merasai?”. Pada saat mulai bisa berfikir manusia biasanya akan memutuskan meminta kepada Tuhan untuk menerima dan meluluskan segala permintaannya! Padahal sudah seharusnyalah kita bersyukur atas semua anugerah Allah kepada kita, hanya dengan memandang bayangan diri kita di dalam cermin maka akan terlihat jelas alasan untuk kita menyembaha hanya kepada Allah dan bersyukur atas rahmat dan nikmatNya. Lalu masih patutkan kita meminta segala hal yang di lebih-lebihkan oleh pemikiran otak kita sendiri itu? Hanya untuk menuruti hawa nafsu, hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia yang terkadang tidak ada mafaatnya sama sekali untuk diri kita. Masih juga ada yang mempertanyakan tentang kebesaran Allah, bahkan masih banyak manusia di dunia ini yang mengingkari akan adanya Allah Azzawajallah! Tidak cukupkah bukti kebesaran itu terpampang di dalam diri manusia itu sendiri?! Tidak usah terlalu jauh mencari bukti akan kebesaran Allah dengan melanglang buana ke peluruh penjuru dunia, cukup hanya dengan berdiri di depan cermin dan memandang diri kita sendiri maka akan terlihat jelas bahwa Allah maha Sempurna sebagai Sang Pencipta, bahwa Allah Maha Pemurah dalam memberi rezeki, bahwa Allah Maha Besar Allah Maha Esa tiada Tuhan kecuali Allah! Ketika kita mengetahui hal itu dan memikirkannya, maka kita akan menyadari betapa kecilnya kita ini, betapa lemahnya kita ini, betapa Dia begitu luhur dan Agung dan betapa Dia sangat berkuasa. Banyak ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia dan kekuasaan Allah, yang bisa membuat kita berfikir dan memang seharusnya kita berfikir, seperti ayat berikut yang artinya:
“Bukanlah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sementara dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat di sebut?.”(QS Al-Insan/76:1).
Perhatikan pernyataan dari Alqur’an itu! Apakah telah datang atas kita sebagai manusia suatu hari ketika kita belum menjadi apa-apa? Pertanyaan ini mudah, jawabannya punsudah umum. Benar sudah datang pada m anusia ketika dia belum menjadi apapun yang bisa di sebut. Namun, mengapa Allah menanyakan pertanyaan ini kepada kita? Dia bertanya kepada kita agar kita berfikir. Mari kita berfikir lagi, apakah pernah ada satu hari datang kepada kita ketika belum menjadi apa-apa, meskipun hanya sebesar atom saja? Apakah pernah kita berfikir beberapa waktu yang lalu ketika orang tua kita belum menjadi apa-apa? Apakah pernah datang pada kakek moyang kita jutaan tahun yang lalu ketika mereka belum menjadi apapun yang bisa di sebut? Oleh karena itu, siapa kita ini sehingga kita berani bersombong diri di hadapan Allah Subhanahuwwata’alah? Siapa kita ini sehingga kita berani melanggar segala aturanNya? Siapa kita ini sehingga kita menolah beribadah menurut agamaNya? Apakah kita lupa bahwa manusia adalah merupakan ciptaan Allah?! Maha Benar Allah dengan segala firmanNya...
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alqur’an itu adalah benar.”(QS Fushshilat/41:53).
Kemudian Allah juga berfirman dalam salah satu suratNya, yang artinya:
“Dan Dia membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?’ katakanlah, ‘Ia akan di hidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”(QS Yasin/36:78-79).
Manusia telah merasakan kenikmatan yang di anugerahkan oleh Allah, dari bahan apa ia di ciptakan? Bahan dasar kita itu sperma yang hina. Allah telah menentukan segala sesuatu yang tersusun dalam sistem tubuh manusia dan segala sesuatu dalam penciptaan manusia.
Allah berfirman yang artinya:
“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(mani), lalu tiba-tiba ai menjadi penantang yang nyata!”(QS Yasin/36:77).
Setelah kita tahu bahan dasar manusia itu, apakah kita masih berani untuk menentang Allah Azza wajalla?! Seharusnya kita bisa membayangkan selemah apa kita yang masih dalam bentuk sperma itu...Ahh...sudahlah kalau saya menjabarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan sperma ini maka tidak akan selesai, karena akan membutuhkan banyak sekali waktu senggang. Semua itu pada dasarnya sudah di jelaskan secara gamblang dan panjang lebar di dalam Alqur’an. Sejatinya segala ilmu pengetahuan yang manusia dapat itu bersumber dari satu kitab yaitu Alqur’an nulkariim yang di turunkan oleh Allah melalui wahyu yang Ia turunkan kepada nabi Muhammad Salallahu alaihiwassalam. Tidak sedikit manusia yang menyadari tentang hal di atas, tetapi tidak sedikit pula manusia yang selalu mengingkarinya. Jika saja semua manusia di bumi ini memahami dan mengamalkan segala ajaran di dalam Alqur’an maka tidak akan ada perusakan yang di sebabkan oleh manusia, tidak akan ada pengingkaran akan Allah, tidak ada diskriminasi antar golongan, tidak ada perbedaan pendapat, tidak akan ada peperangan. Pasti dunia akan aman dan damai...Tapi jika demikian yang terjadi maka tidak akan ada surga dan neraka yang Allah ciptakan, syaiton pun tidak akan ada fungsinya!
Manusia berjalan dengan garis hidupnya sendiri yang sering mereka gembar gemborkan sambil berteriak (mungkin), ‘ini adalah takdirku’...’apakah benar inilah takdirku?’...apakah ini takdir kita?’... Takdir memang sudah di tentukan oleh Allah semenjak roh di tiupkan kepada janin yang ada di dalam rahim seorang wanita itu berusia 4 bulan. Bukan hanya takdir tapi juga rezeki, jodoh dan mautnya juga telah di tentukan oleh Allah, dan hanya Dialah yang mengetahuinya. Tidakkah kita takut dengan ketentuan itu? Padahal kita tidak tahu kapan kita akan di datangi malaikat maut. Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah telah bersabda: 
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya, maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.[Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643].
Manusia berbuat sesuka hati menuruti perasaan hatinya, yang menurut dia itu adalah takdir yang harus di jalaninya. Jika tidak sesuai keinginan maka dia akan berteriak marah bahkan tak takut mengutuk Allah! Mengatakan bahwa takdirlah yang salah, mengatakan bahwa Allah tidak adil, mengatakan segala sumpah serapah yang tidak sepatutnya dia ucapkan kepada Allah yang telah menciptakan dia menjadi makhluk yang paling mulia di muka bumi ini...! Semua hal itu sudah sangat biasa terjadi di zaman sekarang ini. Lihatlah para kaum muda remaja kita sekarang...Cara kaum muda bergaul di kalangan mereka sangatlah tidak nyaman bagi para orang tua, mungkin yah mungkin hanya di segolongan kaum muda saja. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern semakin bebas dan (mungkin) semakin merusak. Bagaiman tidak, tengoklah internet, sekali jari kita menekan tombol enter maka akan muncul berbagai situs yang menampilkan gambar seronok. Dua kali kita menekan tombol enter maka akan terlihat video bergerak tentang perbuatan zina. Jika orang tua tidak pandai mendampingi buah hatinya dalam mengoprasikan internet maka akan celakalah anak itu. Sepertinya zaman sekarang ini yang namanya setan tidak usah susah-susah lari kesana-sini untuk menggoda umat manusia, cukup hanya nongkrong di jalur kabel maka dengan mudahnya para setan itu bergerak ke manapun yang dia inginkan! Bahkan bisa di pastikan setan tidak usah terlalu cerewet mengeluarkan rayuan gombalnya untuk mempengaruhi manusia agar mengikuti ajakannya masuk ke dalam neraka, karena otak dan hati manusia itu sendiri sudah menjelma menjadi seperti setan!
Pergaulan kamu muda yang sudah terlalu bebas, para lelaki yang dengan santainya mengeluarkan kata-kata jorok untuk merayu wanita, para wanita yang menyambut ramah semua rayuan itu. Wanita zaman sekarang menjelma seperti para wanita zaman purba yang belum bisa membuat pakaian layak di pakai...bagaimana tidak? Lihatlah baju kurang bahan itu di pakai yang hampir tidak menutupi keseluruhan aurot mereka! Dan lihatlah, bahkan mereka merasa sangat sangat bangga mempertontonkan tubuh bagusnya yang berbentuk bak lekukan biola, kulit putihnya yang berkilat tanpa bulu selembarpun. Berjalan hilir mudik menggoyangkan pinggulnya yang besar, menggoyangkan buah dadanya yang membusung tidak tertutup separuhnya itu!
*Astaghfirullahal’adziim...na’udzubillahi mindzaliiq!! Semoga Allah menjauhkan dan melindungi anak-anakku dari perbuatan orang-orang kafir itu!*
Allah berfirman yang artinya:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS Al Ahzab: 59).
Sebaliknya jika mereka melihat seorang akhwat di jalan mengenakan baju muslimah panjang dengan jilbab yang di ulurkan sampai ke bawah ujung tangan, bahkan sebagian ada yang mengenakan burqa di wajahnya hingga tidak ada yang bisa menatapnya kecuali mukhrimnya. Mereka pasti akan melihat dengan mata yang di besarkan dengan tatapan mengejek dan mulut langsung melemparkan cibiran cemoohan, yang ninjalah, yang sok alimlah, yang aliran sesatlah, yang istri terorislah, dan lain sebagainya! Kemudian mereka akan tertawa terbahak-bahak sampai amandelnya terlihat membesar di kerongkongan mereka! Menyakitkan memang, tapi saya salut karena para akhwat yang saya tahu hanya tersenyum di balik burqanya dan segera berlalu dalam hati sambil berdo’a semoga pandangan mereka itu segera berubah dan semoga Allah memberi mereka hidayah...Subhanallah...Allahuakbar!
Kewajiban berjilbab syar'i dimulai saat baligh, sama dengan kewajiban sholat fardhu. Tidak bisa ditunda dengan berbagai alasan seperti: akhlak belum baik, ilmu masih kurang, masih banyak kekurangan, dll. Menunda-nunda berjilbab hanyalah ajakan setan, maka janganlah tertipu olehnya. Setiap muslimah tetap wajib berhijab meskipun ilmu, akhlak dan perilakunya masih banyak kekurangan, sebagaimana setiap muslim juga wajib sholat fardhu, puasa ramadhan, sholat jumat (bagi pria), dll, meskipun ilmu, akhlak dan perilakunya masih banyak kekurangan. Kewajiban menutup aurat (berhijab) tidak hilang meski masih punya banyak kekurangan dalam bidang ilmu, akhlak, maupun perilaku. Sebagaimana kewajiban sholat fardu, puasa ramadhan, atau sholat jumat (bagi pria) juga tidak hilang meskipun orangnya masih punya banyak kekurangan dalam ilmu, akhlak, maupun perilaku. Dengan berhijab, semoga akhlak dan perilakunya semakin lama semakin baik. Sebagaimana dengan sholat dan puasa ramadhan semoga akhlak dan perilaku orang2 yg mengerjakannya juga semakin lama semakin baik. Berhijab akan meminimalisir berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi jika mengumbar aurat. Berhijab membuat wanita lebih aman dari sasaran kejahatan, dan membuat para lelaki tidak terfitnah olehnya.
Allah berfirman yang Artinya :
"Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya."(An-nur : 30 - 31).
Di dunia fashion sekarang ini memang sedang marak tentang mengenakan hijab modern, bahkan hal ini sudah mendunia. Para wanita di negara baratpun tidak segan mengenakan hijab yang di bentuk bermacam-macam di atas kepala mereka. Muncul ribuan tutorial praktis mengenakan hijab di situs jejaring sosial, memperlihatkan contoh memakai jilbab dengan cara tusuk sana-sini di atas kepala menggunakan jarum pentul, dengan berbagai warna kain di balutkan di atas kepala. Baju muslim pun terpampang di situs jual beli, dengan berbagai warna yang mencolok mata, dengan bentuk dan potongan aneka macam dari yang memperlihatkan lekuk tubuh sampai yang syar’i pun ada (tapi biasanya yang seperti ini kurang ada peminatnya). Para artis pun berlomba mengenakan hijab dan baju muslim, hingga penggemar akan mengikuti jejak mereka. Akhirnya akan muncul model hijab artis si A atau si B. Coba kita lihat lagi, sekarang ini malah ada komunitas ‘jilboobs’ di dunia maya. Komunitas ini mengunggah poto-poto para anggotanya yang mayoritas remaja putri mengenakan jilbab hanya sebagai penutup kepala (kadang malah sengaja poninya menjuntai di kening), sedangkan dadanya di biarkan terlihat membusung di balut baju ketat dan celana jins ketat berpose menggiurkan ala anak-anak alay zaman sekarang!
*15 DOSA DI KEPALA WANITA*
1. Tidak berhijab(menutup aurat)
 
2. Menyambung rambut/mekai konde.
3. Mewarnai/ menyemir rambut dgn warna Hitam.
4. Mencabut Uban.
5. Memakai Bulu mata Palsu 
6. Bertabaruj (bersolek dihadapan umum atau yg bukan mahram)
7. Merenggangkan / mengikir gigi
8. Membuat Tatto.
9. Memakai Hijab Gaul/ tdk memenuhi Syarat.
10. Memakai Rambut palsu /Wig.
11. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir.
12. Memakai Linsa kontak berwarna untuk tabaruj.
13. Mencukur / Mencabut bulu alis.
14. Oprasi plastik untuk kecantikan.
15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan atau tabaruj.

Allah Tabaraka wa Ta'ala Berfirman ;
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yg mukmin dan tdk (pula) bagi perempuan yg mukmin apabila Allah dan RaulNya Telah Menetapkan Sesuatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan(yang lain) tentang urusan mereka, dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab 36).
Tak bisa di pungkiri semua itu adalah pengaruh kehidupan yang serba modern zaman sekarang, di mana setiap anak sudah kenal gadget/handphone, laptop, dan masih banyak lagi. Televisi juga selalu menyiarkan berita-berita terkini, jaringan internet semakin luas di perkenalkan ke seluruh pelosok dunia. Secara akal sudah pasti akan cepat di lihat dan pasti akan langsung di tiru oleh sang penonton yang merupakan penggemar sang artis. Dan mungkin itu adalah anak-anak kita,saudara kita, atau bahkan diri kita sendiri! Jika sudah bisa meniru cara memakai hijab salah seorang artis, apalagi bisa meniru gaya berbusana yang notabene satu busana harganya selangit, aksesoris di sepuluh jari dan di pergelangan tangan, bros sebesar telapak tangan bersepuh emas menggelayut di atas kepala yang di lilit hijab, tas tangan dengan merk terkenal nyangkut di tangan. Waaahhh sudah pasti seorang wanita akan semakin percaya diri dan bangga, apalagi jika semua mata memandangnya dari yang sesama wanita sampai para lelaki tua dan muda. Seakan di sana dia adalah orang yang paling kaya dan paling cantik yang turun dari mobil mewah. Pemandangan semacam ini sudah terlalu biasa saya lihat, di sekeliling saya, di berbagai tempat yang pernah saya kunjungi, bahkan sayapun pernah mendambakan menjadi seperti itu! Yahh...siapa sih wanita yang tidak ingin menjadi seperti itu?! Saya berani sumpah pasti semua wanita sangat menginginkan menjadi wanita yang seperti impian saya...Itu adalah pemandangan dari sisi orang tua terutama para kaum ibu-ibu, yang katanya tidak ingin ketinggalan mode fashion terkini, biar tidak kalah dengan anak-anak mudanya.
Dari ‘Uqbah bin Amir, dari Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam:
“Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj darinya”, kemudian Rasulullah membaca firman Allah yang artinya:
“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
Sekarang coba saya bahas dari pemandangan anak muda zaman sekarang, yang notabene (mungkin) anak-anak perempuan kita. Banyak artis muda (katakanlah usianya di atas 14tahun) menjadi pemain film dan pemain sinetron di televisi yang hampir setiap waktu di tonton oleh anak-anak kita di rumah. Di mana film atau sinetron yang di tayangkan hampir semua tidak ada yang mengarah ke pendidikan dan contoh positif. Anak-anak sekolah dasar yang saling iri, saling membenci, saling berbalas dalam kejahatan, saling hasut. Anak muda seusia sekolah SMP dan SMA dengan seragam rok 15 centi di atas lutut, baju kemeja ketat dan tipis. Saling jatuh cinta kemudian dengan bebasnya saling berpelukan dan berciuman dengan yang berlainan jenis. Gambaran orang tua yang saling teriak dan kemudian bercerai, bahkan terlalu bebas hingga anak-anak mereka salah bergaul, memperlihatkan bagaimana pergaulan malam di klub-klub, mereka di mabukkan dengan minuman keras dan musik-musik yang menghanyutkan. Sadar atau tidak semua itu yang di tonton oleh anak-anak kita sekarang dan mungkin akan terekam hingga di lain hari mereka akan mencoba apa yang pernah mereka tonton di televisi! Bahkan film dan sinetron yang katanya berbandrol religi pun tidak bisa di jadikan patokan untuk contoh yang baik bagi para penggemar televisi...!
Ada orang tua yang berkomentar...’ahh, itu kan tergantung bagaimana kita mengambil hikmah dari apa yang kita tonton, ambil positifnya dan tinggalkan yang negatif’...Pembenaran yang selalu berkumandang di kalangan orang tua terutama para ibu yang biasanya suka juga nonton sinetron. Ya ya ya...semua yang terjadi di dunia ini pasti bertautan dengan yang namanya ‘hikmah’ ada positif dan ada negatif, tergantung dari sisi mana manusia itu memandangnya. Dan jika sudah terlanjur terlihat sisi mana yang sudah terambil maka manusia akan segera menarik sebuah kesimpulan yang menuju ke satu pembenaran. Entah itu pembenaran yang benar-benar benar atau pembenaran salah yang di benarkan?! Tapi memang tidak ada sih penyesalan itu datangnya di awal, pastilah sang penyesalan datangnya di akhir...
Menyepelekan hal yang sepele itu adalah biasa di kalangan manusia, bukan hanya di zaman sekarang tapi sudah sejak dulu hal itu berlaku. Jika tidak masakan bisa muncul banyak manusia yang menggolongkan diri dalam sekelompok golongan dan dengan gigih membela pembenaran satu kelompok saja?! Padahal Allah tidak pernah membedakan ummatNya, entah itu dari golongan yang kaya dan yang miskin, dari negara manapun, dari warna kulit apapun, semua manusia sama kedudukannya di mata Allah. Yang membedakan adalah keimanan dan ketaqwaan manusia dalam mempercayai dan memperjuangkan keimanan dan ketaqwaannya tersebut di jalan Allah Subhanahuwwata’ala dalam keistiqomahan dan kesabaran ibadahnya.
Rasulullah sallalahu ‘alaihi wassallam bersabda: “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya.”
Padahal sebenarnya jika menyangkut pendidikan dan cara mendidik anak itu bukanlah hal yang sepele, karena anak adalah karunia Allah yang di amanahkan kepada kita dan akan di mintai pertanggung jawaban kita kelak di akhirat. Membiarkan anak menonton televisi tanpa kontrol waktu, membebaskan anak bermain internet tanpa kenal waktu bahkan memfasilitasinya dengan peralatan lengkap seperti gadget dan hp, itu semua merupakan cara mendidik yang tidak baik bagi orang tua zaman sekarang. Alangkah baiknya jika orang tua mulai dengan memberi contoh tidak menonton televisi terutama di waktu-waktu belajar dan di waktu telah masuk waktu sholat sehingga di siplin dalam beribadah tepat waktu bisa di terapkan. Alangkah baiknya jika orang tua memberi contoh untuk tidak setiap waktu bermain hp atau gadgetndi depan anak-anaknya. Bukankah ada pesan nasihat yang bunyinya ‘buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya’ itu artinya anak pasti akan meniru orang tuanya. Jadi jika ingin anak –anak berkelakuan dan bersifat baik maka berilah contoh hidup yang baik pula.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: "tahanlah anak-anak kalian (di rumah) sampai berlalunya awal waktu Isya, karena waktu itu setan-setan sedang berlalu-lalang"
(HR. Al Hakim, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 905).
Sudahlah, saya tidak akan berpanjang pula membahasnya karena saya tidak bisa merubah apa yang sudah dan akan terjadi di sekelilingku, apalagi merubah seluruh dunia. Karena manusia sudah di beri karunia berupa otak untuk berfikir oleh Allah, jadi setiap manusia punya jalan fikiran mereka masing-masing yang tentunya akan sangat berbeda dengan jalan fikiran saya. Sekeras apapun saya mencoba mengemukakan pendapat hanya akan di dengarkan, lalu mungkin juga akan mendapat cibiran dan singgungan yang keras, karena saya sadar saya juga bukan orang tua yang sempurna, bahkan jauh dari sempurna. Karena perbedaan pendapat tentang hal ini sangat besar terjadi. Hal terburuknya sudah pasti akan menimbulkan satu jarak perpecahan yang akan menjauhkan saya dari pergaulan di lingkingan sekitar, karena saya di pandang sebagai orang sok pintar yang hanya bisa menggurui.
Miris memang di jaman yang serba maju dan serba modern sekarang ini jika kita menerapkan pembelajaran seperti jaman dahulu sebelum maraknya teknologi canggih pasti akan di bilang kolot. Dan lebih kasihan lagi kepada anak-anak yang pasti akan buta teknologi, dalam pergaulan dia akan merasa terkucilkan. Lebih berbahayanya lagi anak akan memberontak dan sekali dia mengenal teknologi dari anak yang lain pasti akan membabi buta tanpa ada yang bisa mencegahnya. Karena pengaruh dari sebuah pergaulan dalam pertemanan sangatlah besar bagi anak yang mulai beranjak remaja. Di masa inilah anak-anak akan mulai mencari jati dirinya. Oleh karena itu salah juga jika orang tua tidak mengenalkan teknologi canggih kepada anak, salah juga jika orang tua terlalu membebaskan anak dalam mengenal teknologi canggih, salah juga jika orang tua melarang anak untuk mengekspresikan keinginannya, dan salah juga jika orang tua terlalu membebaskan anak untuk berekspresi. Yang terbaik yang bisa di lakukan orang tua adalah menjadi teman sejati bagi anaknya. Menjadi teman tempat anak bertanya dan di tanya, menjadi teman tempat anak mencurahkan isi hatinya, menjadi teman bermain untuk anak. Selain memberi materi orang tua juga berkewajiban memberi pendidikan dan contoh yang baik kepada anak.
Remaja akan mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, jika itu sudah terjadi maka akan tidak mudah bagi orang tua untuk mempositifkannya kembali. Karena anak kita akan lebih banyak berada di luar lingkungan rumah. Waktu mereka akan lebih banyak di luar rumah, sekolah, berkegiatan, dan bermain bersama teman-teman mereka. Padahal setiap orang tua punya cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya. Tidak semua orang tua benar dalam memberi contoh dan mendidik anak, di sinilah titik awal anak melihat semua perbedaan itu dan anak akan berusaha mencari alasan mengapa mereka saling berbeda? Jika orang tua  membiasakan anak berfikir dan bertindak hati-hati, jika orang tua  membiasakan diri untuk memberi contoh yang baik kepada anak maka mereka akan berfikir ulang untuk melakukan hal yang salah.
Misalnya saja tentang merokok di kalangan anak remaja, di Indonesia sendiri menurut survey berbagai lembaga sebanyak 14% perokok aktif itu adalah anak-anak remaja usia sekolah. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Sebenarnya bisa saja kita menilik dulu dari kehidupannya di rumah, kembali lagi karena anak akan selalu meniru orang tuanya. Tidak bisa di salahkan anak merokok jika ternyata di rumahnya sang bapak juga merokok dengan bebas! Atau bahkan mabuk-mabukan, sang bapak tidak malu menunjukkannya di depan anak. Sudah pasti jika di tanya mereka akan menjawab, ‘gue kan nggak mau menyembunyikan siapa gue sebenarnya di depan anak gue sekalipun...gue yakin anak gue tau kalau mabuk itu salah, jadi gue yakin dia nggak bakalan niru gue’...atau bisa juga alasan yang seperti ini, ‘percuma gue sekolahin anak gue kalau gurunya nggak bisa mendidik anak gue biar lebih baik dari gue!’...biasanya akan ada seribu alasan untuk membenarkan pendapatnya. Ada juga sebagian orang tua yang hanya bisa memerintah, tapi mereka sendiri tidak beranjak dari tempatnya. Misalnya saja, orang tua menyuruh anaknya belajar (itupun dengan bentakan) tapi dia masih juga tak beranjak dari depan televisi yang di setel dengan volume full stereo. Orang tua menyuruh anaknya berangkat ke masjid saat adzan telah berkumandang akan tetapi dia sendiri masih bertelanjang dada dengan rokok di sudut bibir dan sibuk dengan sarang burungnya! Lalu tindakan seperti apa yang harus di contoh anak jika seperti itu?! Para anak itu nantinya pun akan menjadi orang tua yang akan mempunyai anak-anak mereka sendiri, jika orang tua salah dalam mendidik anak maka secara otomatis akan salah pula mereka menerapkan didikan kepada anak-anak mereka kelak.
Zaman sekarang ini hamil di luar pernikahan adalah hal yang sudah sangat biasa, para pelaku tidak lagi di hinggapi perasaan malu akan perbuatan zina mereka. Pergaulan semakin bebas, para kaum perempuan tidak lagi malu mempertontonkan sebagian besar auratnya jika berada di tempat umum, perempuan merokok di tempat umumpun sudah bukan hal yang membuat heran. Para lelaki tidak lagi segan untuk menyentuh wanita di bagian manapun yang mereka inginkan, banyak lelaki yang berperilaku dna berdandan selayaknya wanita. Lelaki dan wanita penyuka sesama jenis dengan bangganya memproklamirkan diri dengan alasan ‘inilah kami yang sebenarnya, inilah jati diri kami, kami juga ciptaan Allah, ini bukan kehendak kami tapi ini takdir yang tak bisa kami hindari, jadi kenapa kami di hujat?!’. Mereka tak segan menunjukkan itu di depan umum, mereka merasa tidak ada yang salah dengan keadaan mereka, yang perlu mereka salahkan adalah takdir! Padahal takdir itu adalah rahasia Allah...Allah yang menentukan takdir manusia...lalu jika manusia menyalahkan takdir, itu berarti menyalahkan Allah sang Penentu takdir...? Na’udzubillahimindzaliiq...
Lalu para muda mudi yang terjebak dalam rayuan setan dengan alasan perasaan cinta dan saling mengasihi, dengan bebasnya mereka mengumbar kemesraan di tempat umum, padahal mereka belum terikat tali pernikahan! Bahkan ada yang lebih bebas lagi, sebagai contoh ada sebuah keluarga, seorang ayah ibu dan dua orang anak perempuan. Jarak usia anak pertama dengan anak keduanya sangat jauh yaitu 17 tahun. Mereka menerapkan pendidikan yang demokratis kepada anak-anaknya, anak dan orang tua selayaknya teman, anak dengan bebas bisa mengekspresikan pendapat mereka, anak selalu di biasakan bicara apapun masalah mereka dengan tidak ada yang di rahasiakan. Sang anak tumbuh menjadi anak yang pintar dan bisa di banggakan, sekolah di sekolah ternama dan selalu mendapatkan ranking unggulan. Pun dengan anak kedua mereka yang juga tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Di dukung dengan pertumbuhan perekonomian orang tua yang kian menanjak. Keluarga yang bahagia dan sempurna, jujur saya juga pernah mempunyai angan untuk menjadi orang tua seperti mereka dan punya kehidupan seperti mereka. Siapa sih yang tidak memimpikan sebuah keluarga yang sempurna?
Anak perempuan yang pertama sudah mempunyai kekasih, tentu saja dengan izin dari orang tuanya, setelah mereka merasa sang anak sudah layak mempunyai seorang pacar. Dan si lelaki selalu mendatangi rumah si perempuan, hampir setiap hari...sholat berjama’ah berdua, makan berdua, nonton tivi berdua, belajar berdua, kesana kemari berdua, belanja berdua, tak jarang malah si lelaki di libatkan dalam setiap acara keluarga. Begitu pula sebaliknya dengan keluarga si lelaki, tidak jauh berbeda, malah mereka sudah menjalin hubungan yang teramat kerabat walau belum menjadi besan. Bagaimana dengan orang tua si perempuan? Biasanya akan ada jawaban begini...’biarlah, kalau saya lebih senang mereka di rumah nggak keluyuran kemana-mana, kalau di rumah lebih mudah mengontrolnya, apalagi kan mereka nggak berbuat neko-neko...kalau apa-apa di larang malah takutnya anak memberontak dan bergaul yang salah!’. Lihatlah, apakah seperti itu gambaran orang tua yang demokratis atau orang tua yang mendidik anaknya dengan kebebasan dengan landasan agama, karena melihat anaknya sering berjama’ah berdua di rumahnya? Lalu si anak perempuan, walau di luar rumah memakai kerudung (hanya hijab zaman sekarang) tapi di hadapan sang kekasih jika di dalam rumah tetap saja memakai celana jauh di atas lutut, baju atasan yang tak menutup ketiak dan perut! Alsan yang sering terdengar begini...’Ahh...nggak apa-apa, dia kan sudah di anggap keluarga jadi santai aja, jangan terlalu di besar-besarkan wong anaknya juga nggak ngapa-ngapain toh? Kita percaya saja pada anak, jangan curiga...’. Lihatlah, inikah gambaran orang tua super dan bisa di jadikan acuan menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya? Hati-hatilah terhadap perbuatan zina! Dan janganlah masuk ke-dalam jalan-jalan yang mendekati zina. Sesungguhnya sabar untuk tidak masuk ke jalan-jalan tersebut lebih mudah daripada sabar untuk tidak berzina ketika sudah ada di dalam jalannya. Maka janganlah mendekati zina dan janganlah masuk ke dalam jalan-jalan yang mendekatinya.
Mempercayai anak, adalah hal yang tidak bisa di tawar lagi. Orang tua memang harus menanamkan kepercayaan kepada anaknya agar anak tidak minder, agar anak tidak takut. Benar, sangat benar...jika kita tidak bisa percaya pada anak bagaimana mereka akan menghadapi tantangan dunia yang sudah semakin canggih ini? Tapi apakah kepercayaan yang seperti itu yang di berikan kepada anak...? Apakah akan di lepas begitu saja dengan kebebasan yang menurut kita itu yang terbaik...? Tahukah orang tua jika anak juga mempunyai otak untuk berfikir, jika anak sudah bisa berfikir maka dia sudah menjadi sosok manusia lain, individu lain yang tentu saja berbeda dengan orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Apakah orang tua tahu apa yang di kerjakan anak di luar lingkungan rumah? Apakah orang tua tahu jika sang anak tidak meninggalkan sholat 5 waktunya? Apakah orang tua tahu jika anak tidak berbuat hal-hal negatif di luar sepengetahuan mereka? Hebat sekali jika orang tua tahu sekali apa yang sedang di kerjakan atau di perbuat anak-anak mereka saat mereka saling berjauhan!!
Rasa aman dan tenteram kini telah hilang dari lubuk hati para orang tua. Penyebabnya, predator seksual ada di mana-mana. Tidak terdeteksi oleh bentuk muka, perawakan, hubungan kekerabatan dan karakter kepribadian. Siapa saja nyatanya bisa begitu keji merusak masa depan buah hati. Tak hanya anak perempuan, anak laki-laki pun kini jadi mangsa. Apa boleh buat, terpaksa kita harus senantiasa su’udzon dengan orang-orang sekitar yang belum tentu baik luar dalam. Pasalnya, tak sedikit pelaku kejahatan yang di lingkungannya dikenal sebagai sosok yang baik, sopan, santun dan bahkan agamis. Padahal otaknya mesum dan perilakunya cabul. Untuk itu, dibutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi bagi orangtua dan anak-anak agar tidak menjadi korban.
Berikut tips untuk orang tua agar anak-anak waspada:
1. Beri pemahaman tentang tubuh

Beri pemahaman tentang anggota tubuh anak, terutama alat-alat reproduksi. Berikan pemahaman bahwa tubuh mereka diciptakan Allah SWT dengan berbagai fungsi tertentu yang sangat berguna untuk melakukan berbagai aktivitas. Ajak anak bersyukur dengan kesempurnaan fisiknya, dengan cara tidak menyalahgunakannya untuk hal-hal yang dilarang Allah SWT. Misalnya, jangan menggunakan tangan untuk memukul atau menyakiti orang.
2. Tanamkan batasan aurat
Pahamkan tentang batasan aurat dan bahwa aurat tersebut tidak boleh disentuh oleh orang lain, termasuk pihak yang dikenal sekalipun. Seperti kakek, paman, sopir, dll. Ajarkan anak untuk senantiasa menutup auratnya rapat-rapat. Tanamkan rasa malu bila auratnya tampak. Untuk itu, biasakan cara berpakaian yang benar dalam melindungi auratnya.
3. Tanamkan pada anak agar tidak mudah tergiur
Tanamkan agar anak tidak mudah tergiur iming-iming apapun, seperti permen, jajanan, uang atau mainan dengan imbalan apapun. Jelaskan agar waspada jika diberi hadiah tiba-tiba oleh siapapun, termasuk kerabat terdekat sekalipun. Ajarkan anak agar berani menanyakan dengan tegas, apakah pemberian tersebut benar-benar tanpa konsekuensi apapun. Ajak anak agar berani bicara meminta apa yang diinginkannya hanya kepada orang tua.
4. Teliti kebutuhan dan keinginan anak
Orang tua harus introspeksi, apakah selama ini sudah memenuhi kebutuhan anak-anak dengan baik. Dikhawatirkan, anak-anak mudah tergiur pemberian pihak lain karena di rumah tak pernah mendapatkan apa yang dia mau. Iming-iming uang Rp 25 ribu bagi anak-anak cukup besar, kan? Bukan bermaksud memanjakan anak sehingga segala keinginannya wajib dipenuhi. Tapi, kalaupun tidak mengabulkan keinginan anak, jelaskan dengan alasan yang masuk akal sampai meyakinkan anak bahwa sesungguhnya dia tidak membutuhkan apa yang dia inginkan itu.
5. Ajarkan anak untuk berani melawan
Tanamkan agar anak selalu waspada dan tidak lengah terhadap gerak-gerik dan gelagat pihak lain yang mencurigakan atau tidak normal. Misanya, jika sang paman tiba-tiba begitu baik dan perhatian. Ajarkan agar anak berani berteriak dan melawan jika ada yang memaksakan kehendak padanya.
6. Jalin komunikasi efektif dengan anak
Biasakan mengajak anak ngobrol tentang apapun yang dikerjakan dan dialaminya hari itu. Ini akan membangun kedekatan emosional dengan anak sehingga memupuk sejak dini bahwa orang tua adalah tempat yang asyik untuk diajak bicara. Untuk itu, orang tua memang harus menjadi pendengar yang baik. Kadang-kadang apa yang diceritakan anak mungkin bukanlah sesuatu yang dianggap penting bagi orang tua, tapi dengan respons yang antusias, anak akan merasa dihargai. Dengan begitu dia
tidak akan segan untuk selalu berbagi pada orang tuanya. Jangan sampai ketika anak mengalami masalah hanya dipendam di hati sehingga membuatnya menanggung depresi.
7. Perbanyak Doa

Ajak anak banyak berdoa untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Hiasi bibir dengan zikir. Demikian pula orang tua, mintakan penjagaan keamanan bagi anak-anak dari Sang Pencipta. Inilah cara pamungkas dalam menangkis niat keji setan-setan berwujud manusia yang kini gentayangan. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita dan anak-anak. Aamiin.

 "Mereka yang Dilindungi Allah SWT"
Dalam sebuah haditsnya, Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah, pernah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah: pemimpin yang adil; anak muda yang menghabiskan masa mudanya dengan senantiasa beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla; seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan, ia menjawab, 'Sungguh aku sangat takut kepada Allah,"; seseorang yang mengeluarkan sedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya; seseorang yang biasa berzikir kepada Allah dalam kesendirian, kemudian ia mencucurkan air matanya " (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits di atas, Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam kitab Fath al-Bari, syarh al-Bukhâri, antara lain sebagai berikut:
Pertama: Terkait dengan pemimpin yang adil. Pemimpin di sini maksudnya adalah pemilik otoritas dalam kepemimpinan agung, yakni siapapun yang memiliki kewenangan mengurus urusan kaum Muslim (yaitu Khalifah). Menurut beliau, penjelasan yang paling baik terkait dengan adil adalah: mengikuti perintah Allah SWT, dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa kurang atau lebih. Dari sini bisa dipahami secara jelas, bahwa keadilan pemimpin hanya mungkin terwujud saat:
(1) Sang pemimpin secara individual memang memiliki sifat-sifat 'adalah (adil). Karena itulah, dalam Islam, adil merupakan syarat mutlak bagi calon pemimpin (Khalifah).
(2) Sang pemimpin menerapkan seluruh hukum Allah secara total dalam kepemimpinannya atas rakyatnya. Dengan demikian, sesungguhnya pemimpin yang adil hanya mungkin terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan syariah Islam, yakni Khilafah, mustahil terwujud pada sistem sekuler (kufur) seperti saat ini. Mengharapkan keadilan pemimpin dalam sistem kufur jelas ibarat mimpi yang mustahil bakal terwujud.

Kedua: Anak muda yang masa mudanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah. Menurut Ibn Hajar, pengkhususan anak muda di sini adalah karena adanya kenyataan bahwa mereka berada pada masa-masa yang didominasi oleh syahwat, yang di dalamnya ada dorongan kuat untuk selalu mengikuti hawa nafsu. Namun demikian, karena ketakwaannya lebih kuat, ia mampu mengendalikannya sehingga hidupnya selalu berada dalam suasana ibadah.
Ketiga: Seseorang yang kalbunya senantiasa terikat dengan masjid. Maknanya bukan berarti ia senantiasa diam di masjid. Namun, pikiran dan hatinya senantiasa terikat dengan masjid meski ia berada di luar masjid karena begitu kuatnya cintanya pada masjid.
Keempat: Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah. Maknanya, mere-ka senantiasa saling mencintai saudaranya karena didasarkan pada alasan-alasan agama, dan tidak terputus karena alasan-alasan duniawi; baik ia bertemu secara hakiki atau tidak, sampai keduanya dipisahkan oleh kematian.
Kelima: Seseorang yang diajak bermaksiat oleh seorang perempuan yang memiliki kemuliaan, baik karena kecan-tikannya, hartanya maupun nasabnya; namun ia berusaha menjauhinya. Dengan kata lain, karena kuatnya rasa malu dan ketakwaannya kepada Allah, ia berusaha menjauhi tindakan tersebut.
Keenam: Seseorang yang bersede-kah secara diam-diam. Makna yang tersirat dari pernyataan ini adalah bersedekah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, tidak bermaksud riya atau sum'ah.
Ketujuh: Seseorang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah), yakni dengan kalbu dan lisannya, saat dia berkhalwat (menyendiri), yaitu saat-saat yang jauh dari sikap riya.
Dari sabda Nabi SAW di atas, juga dari syarah Ibn Hajar atas hadits tersebut, ada isyarat bahwa mereka yang tidak termasuk ke dalam ketujuh golongan tersebut akan terlepas dari perlindungan Allah SWT pada Hari Kiamat kelak. Pemimpin yang fasik (lawan dari adil), misalnya, di antaranya karena tidak menerapkan syariah Islam dalam pemerintahnnya, jelas tidak akan mendapatkan perlindungan Allah SWT meskipun secara pribadi mungkin ia tidak gemar berbuat maksiat kepada-Nya. Ini karena keengganannya untuk menerap-kan hukum-hukum Allah adalah bentuk kemaksiatannya terbesar di sisi-Nya.
Demikian pula anak-anak muda yang menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan bermaksiat kepada Allah; mereka yang hati dan pikirannya tidak pernah terikat dengan masjid; dua orang yang saling mencintai bukan karena Allah, tetapi lebih karena alasan-alasan duniawi; mereka yang gampang tergoda oleh rayuan wanita, apalagi yang biasa meng-goda wanita, tanpa memiliki rasa takut akan azab Allah; mereka yang bersedekah tetapi dibarengi dengan unsur riya dan sum'ah; serta mereka yang biasa melupakan Allah SWT.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang disabdakan oleh Baginda Nabi SAW di atas, bukan golongan yang sebaliknya. Amin.
"Penghancur Agama"
Hancurnya agama Anda, kata Syaikh Abdul Qadir Jailani, adalah karena 4 hal:
(1) Anda tidak mengamalkan apa yang Anda ketahui;
(2) Anda mengamalkan apa yang Anda tidak ketahui;
(3) Anda tidak mencari tahu apa yang Anda tidak ketahui;
(4) Anda menolak orang yang mengajari Anda apa yang tidak Anda ketahui (Jailani, Al-Fath ar-Rabbani wa Faydh ar-Rahmani, hlm. 43.Beirut: 1998).


1. Tidak mengamalkan apa yang diketahui.
Allah Swt. telah mencela orang yang banyak tahu agama, bahkan banyak ngomong masalah agama, tetapi tidak melaksanakan apa yang dia ketahui dan sering dia diomongkan: “Sungguh besar kebencian Allah karena kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shaff [61]: 3).
Lebih dari itu, banyak tahu agama tetapi tidak mengamalkannya adalah sia-sia. Sebabnya, Allah menilai seseorang bukan dari ilmunya (yang banyak), tetapi dari amalnya: “(Dialah Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia, siapa yang terbaik amalnya.”(QS al-Mulk [67]: 2).

Dalam ayat ini, Allah menggunakan frasa ahsanu-’amala (amal terbaik), bukan aktsaru-’ilma (ilmu terbanyak). Maknanya, sebagaiman Rasulullah pernah bersabda: “Selalu waspada (wara’) terhadap larangan-larangan Allah dan senantiasa bersegera menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Qurthubi,Tafsir al-Qurthubi, XVIII/207).
Karena itu, sangat disayangkan jika orang banyak tahu agama tetapi sedikit mengamalkan agamanya. Misal: Masih banyak Muslim yang tahu bahwa shalat, shaum dan zakat itu wajib, namun mereka tidak melaksanakannya. Banyak Muslimah yang tahu menutup aurat/berjilbab itu wajib, tetapi enggan melakukannya. Banyak pejabat, pegawai pemerintah, polisi, jaksa, hakim dll yang tahu suap dan korupsi itu haram/dosa, namun mereka tetap melakukannya. Banyak Muslim yang tahu bahwa menegakkan syariah Islam itu wajib, tetapi tidak berusaha memperjuangkannya, seolah-olah itu bukan urusannya. Banyak ulama yang tahu menegakkan Khilafah itu wajib. Mereka pun tahu kewajiban menegakkan Khilafah itu merupakan Ijmak Sahabat dan ijmak para ulama salafush-shalih. Namun, alih-alih berusaha menegakkannya, bahkan ada yang menganggap upaya tersebut tidak relevan untuk saat ini, ’memecah-belah’, ’mengancam’ NKRI, dll. Banyak tokoh kiai yang tahu bahwa riba itu haram tetapi tidak pernah mencegah Pemerintah yang nyata-nyata berutang ke luar negeri dengan bunga (riba) yang sangat ’mencekik’. Banyak pula aktivis dakwah yang tahu menjaga amanah dan memelihara akad itu wajib, tetapi sering melalaikan dan mengabaikannya.

2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui.
Tidak sedikit orang yang awam agama melakukan banyak hal yang dia sendiri tidak tahu status hukumnya; apakah halal atau haram. Misal: Tidak sedikit Muslim berbisnis saham/valas, melakukan transaksi kredit barang lewat lembaga leasing seperti menjamur saat ini, terlibat dalam bisnis asuransi, menjadi staf keuangan bank berbasis riba, mengadu untung dalam kuis via sms, dll. Tidak sedikit Muslim/Muslimah yang memandang baik profesi sebagai artis (penyanyi, penari, pemain film/sinetron dll)—yang biasanya akrab dengan atraksi membuka aurat, berkhalwat dan ber-ikhtilat, serta ragam maksiat lainnya; bahkan mereka berlomba-lomba meraihnya. Tidak sedikit pula Muslim yang memandang mulia demokrasi dan HAM, mempraktikkannya, bahkan bangga menjadi pejuangnya. Semua itu mereka lakukan karena mungkin tidak tahu keharamannya. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka tertolak(haram, pen.).” (HR Muslim).

3. Tidak mencari tahu apa yang tidak diketahuinya.
Banyak Muslim/Muslimah yang sadar dirinya awam dalam agama, tetapi tidak terdorong untuk mempelajari dan mendalami agama (taffaquh fi ad-din). Mereka seolah enjoy dengan kebodohannya dalam agama. Tidak sedikit pula hal ini melanda para aktivis dakwah. Misal: tidak sedikit aktivis dakwah yang malas belajar bahasa Arab, padahal mereka tahu mempelajarinya sangat urgen dalam upaya memahami agama demi bekal dakwah mereka; bahkan mereka tahu di antara faktor kemunduran umat adalah karena diabaikannya bahasa Arab.

4. Menolak orang yang mengajari apa yang tidak diketahuinya.
Tidak sedikit Muslim yang—karena kesombongannya—menolak ketika orang lain mengajari (baca: mendakwahi)-nya. Padahal Rasulullah telah bersabda (yang artinya), “Sombong itu menolak kebenaran.” (HR Muslim dan Abu Dawud). Tidak sedikit pula yang enggan belajar kepada orang lain hanya karena orang lain itu lebih muda, karena lebih rendah tingkat pendidikan formalnya, karena dari kelompok/mazhab/harakah/partai yang berbeda, atau karena faktor-faktor lain.
Keempat hal di atas memang telah menghancurkan agama pada diri seorang Muslim ataupun di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya nyata: Hukum-hukum Allah dicampakkan dan dijauhkan. Hukum-hukum thaghut diterapkan dan dilestarikan. Kewajiban-kewajiban agama banyak ditinggalkan. Larangan-larangannya sering dilakukan dan bahkan jadi kebiasaan. Yang halal disembunyikan. Yang haram ditonjolkan. Yang sunnah enggan diamalkan. Yang bid’ah malah dibesar-besarkan. Adat menjadi ibadat. Ibadat bercampur dengan khurafat dan maksiat.
Demikianlah, akhirnya Islam sekadar sebutan; al-Quran sekadar jadi bacaan; as-Sunnah pun terlupakan. Saat itu, sebagaimana isyarat Nabi saw., Islam kembali menjadi sesuatu yang asing, persis sebagaimana awal kedatangannya. Sabda Nabi. “Islam mulanya datang sebagai sesuatu yang asing dan nanti akan kembali dianggap asing. Berbahagialah orang-orang yang dipandang asing, yakni mereka yang selalu melakukan perbaikan-perbaikan di tengah-tengah masyarakat yang berlomba-lomba melakukan kerusakan-kerusakan.” (HR Ahmad).
Wama tawfiqi illa billah.



TENTANG ALLAH AZZA WA JALLA
Suatu hari ada yang bertanya kepada saya “Di mana Allah sebelum menciptakan manusia dan dunia ini? Lalu Allah itu sendiri siapa yang menciptakanNya...?”
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam Bersabda”
” تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ ، وَلا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ“ (رواه أبو نعيم عن ابن عباس)
Artinya “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas). Hadits ini dihasankan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’sh Shaghir (2976) dan Silsilatu Ahadits Ash-Shahihah (1788).
Diriwayatkan dari Aisyah Radiyallaahu 'anha. bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya syaithan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu mengatakan, 'Siapakah yang telah menciptakanmu?' 'Allah!' jawabnya. Lalu syaithan bertanya lagi: 'Lalu siapakah yang menciptakan Allah?' Jika kalian menghadapi hal seperti ini, maka hendaklah ia mengucapkan, 'Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.' Sesungguhnya, ucapan itu dapat menghilangkan waswas syaithan itu." (Shahih, HR Ahmad [VI/258] dan Ibnu Hibban dalam al-Mawarid [41].
Dengan berpikir manusia bisa meraih berbagai kemajuan, kemanfaatan dan kebaikan. Dengan berpikir pula manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan. Oleh karena itu, dalam hadits ini Rasulullah saw. Memerintahkan kita untuk melakukan tafakur yang akan mengantarkan kita kepada kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan dan ketundukan kepada Allah Taala, yaitu dengan tafakur mengenai makhluk ciptaan Allah. Sebaliknya, beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak akan menjangkaunya, juga bisa mengantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan. Sebagaimana yang dialami para filosof dan kaum rasionalis yang memaksakan diri berpikir tentang Dzat Allah. Sehingga mereka terjerumus dalam kesesatan di bidang aqidah dan keyakinan. Wal ‘iyadzu billah. 
Jika berpikir tentang Allah Azza wajalla, yakni memikirkan dzat Allah Azza wajalla maka tidak selayaknya untuk dilakukan. Sebab apabila seorang hamba berpikir, maka dia berpikir dengan apa yang tergambar oleh akalnya dan apa yang terbetik dalam benaknya dari hal-hal yang terlihat, terdengar, dan diketahui. Sedangkan Allah Azza wajalla berada di atas itu semua. Tidak layak bagi seorang pun untuk memikirkan dzat Allah Azza wajalla, sebab tatkala ia menggambarkan sesuatu tentang dri Allah Azza wajalla maka Allah Azza wajalla berbeda dengan apa yang ia gambarkan dan cukup bagi kita berpikir tentang makhluk-makhluk-Nya, dan tentang kekuasaan-Nya yang luar biasa.
Kalau seandainya seseorang itu mau memikirkan tentang asal kejadiannya sendiri niscaya hal itu telah cukup baginya. Hendaknya dia memikirkan bagaimana Allah mengubah air mani, yang darinya Allah menciptakan makhluk yang agung ini, dan bagaimana Allah mengubah air mani yang darinya Allah menciptakan berbagai jenis hewan dan bagaimana Allah mempersiapkan segala sesuatu dari makhluk-makhluk ini untuk tujuan tertentu. Allah mempersiapkan sapi untuk mengolah tanah pertanian dan Allah mempersiapkan unta untuk kendaraan dan yang lainnya dari hal-hal yang kita saksikan dan kita ketahui. Yang Kuasa mengubah air mani tersebut, dari air mani menjadi manusia dan menjadi hewan, bukankah yang mampu melaksanakan hal itu adalah Ar Rabb Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu?! Tentu, dan kita termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal itu. Yang jelas, bahwasanya berpikir itu selayaknya diarahkan kepada ciptaan Allah bukan pada dzat Allah hendaknya kita membaca firman Allah:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy Syuuraa: 11)
Wajib bagi kita untuk berserah diri menerima ayat ini sehingga akal kita tidak meraba-raba sesuatu yang tidak layak untuk dipikirkan. Apabila Surga saja di dalamnya terdapat kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik dalam hati seseorang padahal itu adalah makhluk Allah Azza wajalla, lantas bagaimana dzat Allah?! Wabillahit taufiq.
Allah Subhaanahu wa ta'aala berfirman yang artinya,  
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.'" (Ali 'Imran: 191).
"Katakanlah, 'Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.'" (Yunus: 101).
"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka." (Shaad: 27).

Allah berfirman :

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?[Yûsuf/12 : 105-107]


Mereka tak ubahnya seperti binatang ternak. Disebutkan dalam firman Allah 

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).[al-Furqân/25 : 44]
Pernahkan kita melihat alat yang kecil lagi rumit yang dibuat oleh manusia pada zaman sekarang, seperti hp, laptop, dan lainnya? Seberapa besar kekaguman manusia terhadap alat-alat tersebut? Seberapa besar penghargaan manusia dengan penemuan itu? Padahal, itu hanya sebagian kecil dari ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala , karena penemuan itu bukan murni hasil karya manusia, tetapi masih termasuk ciptaan Allah Azza wa Jalla . Yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan dan memberi ilmu kepada manusia, sehingga ia mampu menciptakan alat-alat itu. Jika demikian, bagaimana mungkin manusia bisa terkagum-kagum dengan hasil karyanya, kemudian ia lupa dengan tanda-tanda kekusaan Allah Azza wa Jalla yang digelar di alam raya ini, bahkan tanda-tanda kebesaran-Nya di dalam diri manusia itu sendiri?
Sudah jelas bagi kita bahwa bukan merupakan kesia-siaan ketika Allah Ta’ala menciptakan kita. Lalu apa tujuannya? Tujuan Allah menciptkan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya semata, yakni dengan mentauhidkan-Nya. Hal ini Allah Ta’ala tegaskan dalam firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(Adz Dzariyat:56)
Bahkan dengan sebab tauhid inilah Allah menciptakan seluruh makhluk, menyediakan surga dan neraka, Allah menurunkan kitab-kitab-Nya, dan mengutus para rasul ‘alaihimus sallam. Allah menciptakan jin dan manusia serta memerintahkannya untuk bertauhid kepada-Nya. Allah menjanjikan surga bagi yang merealisasikan tauhid, dan mengancam dengan neraka bagi yang menyelisihi jalan tauhid. Dan Allah mengutus seluruh para nabi dan rasul untuk menjelaskan tauhid. Bukti bahwa Allah tidak menciptakan manusia sia-sia, Allah mengutus rasul di tengah-tengah mereka untuk memberikan petunjuk. Kewajiban manusia untuk taat kepada rasul yang di utus kepada mereka. Barangsiapa yang mentaati rasul tersebut akan masuk surga, karena ketaatan kepada rasul merupakan bentuk ketaatan kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (An Nisaa’:13).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : “ Orang yang sempurna (adalah) yang sempurna dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya secara lahir dan batin”. Tujuan dari pengutusan rasul adalah agar manusia mentaati mereka dan mengikuti syariat yang mereka bawa dari sisa Allah Ta’ala”.( Dinukil dari Taisiirul Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 32, Syaikh Abdul Muhsin al Qosim rahimahullah)
Setelah jelas bagi kita, adanya jalan menuju surga dan juga jalan kebinasaan di neraka, seorang yang berakal tentunya akan memilih jalan keselamatan. Tidak ada jalan yang dapat menyelamatkan kita dan mengantarkan kita ke surga kecuali dengan mengikuti perintah Allah dan rasul-Nya. Syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Syarat yang mudah bagi orang-orang yang menyadarinya. Namun sayangnya, masih ada saja orang yang enggan menempuhnya. Dijelaskan dalam sabda Nabi yang mulia shalallahu ‘alahi wa sallam :
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى.. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
 Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Para sahabat kemudian bertanya: “ Ya  Rasulullah, siapkah orang yang enggan itu?” Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa yang mendurhakaiku mereka itulah orang-orang yang enggan masuk surga” (H.R. Bukhari)
Orang-orang yang mendurhakai rasul yang ditus kepadanya, akan mendapat siksa di neraka. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً خَالِداً فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan” (An Nisaa’: 14)
Allah Ta’ala mencontohkan di dalam Al Quran tentang orang yang durhaka kepada rasul yang diutus kepadanya, yaitu Fir’aun yang durhaka kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam. Akibat perbuatannya tersebut, Fir’aun akan mendapat siksa. Allah Ta’ala berfirman :
فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذاً وَبِيلاً} [المزمل:16].
Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al Muzamil:16)
Siksaan yang dialami Fir’aun terjadi di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Siksaan di dunia yaitu ditenggelamkan di lautan. Kemudian setelah itu siksa yang dialami di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat. Kemudian terakhir adalah adzab neraka di akherat . Allah Ta’ala berfirman :
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
 “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” (Al Mu’min:46)
Siksaan yang dialami Fir’aun disebabkan karena kedurhakaannya terhadap rasul yang diutus kepadanya, yaitu Musa ‘alaihis sallam. Maka barangsiapa yang mendurhkai rasul yang diutus kepadanya terancam akan mendapat siksa sebagaimana yang dialami oleh Fir’aun. Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk taat kepada rasul yang diutus kepadanya. Kewajiban kita adalah taat kepada rasul yang diutus kepada kita, yaitu Muhammad shallallahu ‘alihi wa sallam.
Hendaknya umat Muhammad merasa khawatir jika mereka mendurhakai rasulnya. Mereka akan mendapat hukuman seperti yang dialami Fir’aun yang mendapat hukuman yang berat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Kalian (umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih pantas untuk celaka jika kalian mendurhakai rasul kalian (daripada yang dialami Fir’aun), karena rasul kalian lebih mulia dan lebih utama daripada Musa bin Imran ‘alaihis sallam”. (Dinukil dari Taisiirul Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 33).  Semoga kita kembali tersadar dengan hikmah tujuan penciptaan kita. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.

Marilah kita selalu meningkatkan takwa kepada Allah, seraya merenungi ciptaan-ciptaan-Nya, mentadaburi ayat-ayat-Nya. Dengan demikian, kita bisa memahami keagungan dan kekuasaan-Nya. Demikianlah sedikit ilmu yang saya ketahui, hanya sebesar biji debu saja jika di bandingkan dengan ilmu para alim ulama. Tapi saya harap dari yg sedikit ini bisa menambah referensi pengetahuan kita akan segala sesuatu yang biasanya kita anggap sepele, tapi ternyata besar pengaruhnya bagi kehidupan kita sebagai manusia ciptaan Allah Yang Maha Agung.